Bahasa Gaul Investasi Saham: Dari Serok Sampai Hajar Kanan

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

"Serooooook gan!"

"Siap hajar kanan!"

"Cuan nih!"

"TP di berapa?"

Bagi investor atau trader saham yang mengikuti berbagai forum saham di grup WhatsApp, Telegram, Instagram atau Facebook, berbagai ekspresi seperti itu tidak jarang kita temui.

Ekspresi tersebut merupakan slang words atau bahasa gaul dalam investasi saham di Indonesia. Tentu saja, berbagai istilah itu bukan istilah resmi dari Bursa Efek Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan.

Kendati demikian, berbagai istilah "jalanan" itu memudahkan masyarakat memahami investasi atau trading saham. Bahasa adalah suatu kesepakatan di antara penggunanya di sebuah komunitas.

Bukan hanya di Indonesia, slang words juga ada di kalangan investor saham di Amerika Serikat. Dog, misalnya. Dalam bahasa Inggris, dog dikenal dengan arti binatang anjing.

Namun, di kalangan investor/trader saham di AS, dog berarti saham yang berkinerja buruk (a chronic underperforming stock). 

Ada juga istilah "Dogs of The Dow" yang merujuk kepada sebuah strategi investasi jangka panjang dengan menggunakan 10 saham blue chip yang memberikan dividen tertinggi di Dow Jones Industrial Average (DJIA).

Slang words bukan hanya dipakai oleh para investor atau trader saham, namun juga oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dalam sebuah pidato resmi.

Nah, apa saja bahasa gaul yang biasa dipakai investor atau trader saham di Indonesia? Berikut ini rangkumannya yang disusun secara alfabetis:

Bandar

Istilah bandar sebenarnya lebih sering digunakan oleh media massa untuk mendeskripsikan penjual narkotika dan obat-obatan terlarang dalam jumlah besar. Selain itu, bandar juga kerap diasosiasikan dalam praktek perjudian.

Di pasar saham, bandar kerap diartikan sebagai pihak yang memiliki modal besar dan dianggap mampu menggerakkan sebuah harga saham. Bandar juga sering disebut dengan istilah market maker.

Siapakah bandar itu? Tentu saja, tidak ada yang mengaku di depan umum secara terbuka sebagai bandar saham. Namun, mengutip penjelasan dari mantan Direktur BEI Hamdi Hassyarbaini, ada banyak pihak yang berkepentingan untuk menggerakkan harga saham.

Mereka antara lain manajer investasi, pengurus dana pensiun, emiten, dan pihak-pihak lainnya. Berbagai pihak itu memiliki kepentingan masing-masing yang berbeda.

Boncos

Boncos bukanlah bahasa baku yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Boncos tidak jarang digunakan oleh para investor atau trader ketika mengalami kerugian atau menjual saham di bawah harga belinya.

Boncos sering kali dikaitkan dengan aksi cut loss. Boncos adalah antonim dari cuan atau aksi menjual saham di atas harga belinya.

Cuan

Sama seperti boncos, cuan bukan kata yang terdapat di KBBI namun seringkali dipakai oleh investor atau trader ketika mendapatkan keuntungan dari berinvestasi saham. Cuan juga tidak hanya dipakai untuk menjelaskan keuntungan dalam investasi saham tapi juga investasi secara umum.

Dalam bahasa Inggris, cuan sering dikaitkan dengan aksi taking profit (TP) atau aksi menjual saham di atas harga belinya. Dalam batin para investor atau trader secara umum, cuan adalah motif utama ketika berinvestasi atau berbisnis.

Baca juga: Apa Itu ARA dan ARB Saham? Update 2021

Gorengan

Pada dasarnya, gorengan adalah istilah yang sering dipakai dalam dunia kuliner yang merujuk kepada sebuah makanan yang cara memasaknya dengan cara digoreng. Namun, istilah itu kini terlanjur populer di kalangan investor/trader saham.

Gorengan atau saham gorengan sering dipahami sebagai saham yang volume dan nilai transaksi hariannya tidak wajar, tidak normal atau di luar kebiasaan. Berbagai pihak juga berpendapat saham gorengan sebagai saham yang pergerakan harganya tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan.

BEI bukannya tinggal diam dalam menghadapi saham yang pergerakannya tidak wajar. Otoritas bursa memiliki mekanisme bernama Unusual Market Activity (UMA) untuk memantau saham-saham yang pergerakannya tidak wajar. 

Istilah saham gorengan kian populer setelah Presiden Joko Widodo setelah menyebut praktik "goreng-gorengan saham" ketika membuka perdagangan BEI pada awal Januari 2020.

Hajar Kanan (HAKA)

Secara umum, hajar kanan dipahami sebagai sebuah strategi membeli saham dengan memasang harga tinggi di kolom offer (antrian jual) supaya segera mendapatkan saham yang diinginkan.

Maklum, ketika hendak memiliki sebuah saham, kita belum tentu bisa mendapatkannya. Kenapa? Hal itu tergantung dari harga yang kita patok ketika hendak membeli saham.

Misalnya, harga saham BBCA berada di level Rp28.175. Untuk segera bisa mendapatkan saham BBCA, kita belum tentu bisa mendapatkannya di harga Rp28.150. Oleh karena itu, kita bisa "hajar kanan" dengan membeli di harga Rp28.175, Rp28.200 dan seterusnya.

Pada umumnya, tujuan dari hajar kanan ini adalah menghindari antrian ketika hendak membeli sebuah saham. 

Hajar Kiri (HAKI)

Kebalikannya dari hajar kanan, hajar kiri dipahami sebagai sebuah strategi menjual saham dengan memasang harga rendah di kolom bid (antrian beli) supaya sahamnya segera terjual.

Misalnya, harga saham BBCA berada di level Rp28.175. Untuk segera bisa menjual saham BBCA, kita belum tentu bisa menjualnya di harga Rp28.200. Oleh karena itu, kita bisa "hajar kiri" dengan menjual di harga Rp28.175, Rp28.150 dan seterusnya.

Ketinggalan Kereta

Istilah "ketinggalan kereta" sering disebut ketika seorang investor atau trader ingin membeli saham namun harganya sudah naik terlalu tinggi. Seorang guru saham pernah berujar: jangan pernah takut ketinggalan kereta karena kereta berikutnya selalu akan datang.

Baca juga: Dari Cut Loss Sampai Trading Halt, Ini Istilah Penting Saat IHSG Terguncang

Nyangkut

Nyangkut adalah istilah yang berasal dari kata sangkut atau ketika sebuah benda berada di suatu tempat dan susah dipindahkan. Nyangkut kerap digunakan oleh investor atau trader untuk menjelaskan situasi dimana saham yang dibeli berada di harga yang lebih rendah pada saat ini.

Dengan demikian, investor akan mengalami sebuah kerugian apabila menjual saham yang "nyangkut" tersebut. Investor atau trader akan terbebas dari situasi nyangkut itu ketika harga saham berada di posisi yang lebih tinggi daripada harga belinya.

Saham Gocap

Saham gocap adalah saham dengan harga Rp50 per lembar. Ya, lima puluh perak atau batas paling bawah harga saham yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. Saham yang telah berada di level gocap tidak bisa mengalami penurunan harga menjadi Rp20.

Belum lama ini, otoritas bursa mewacanakan untuk mengubah aturan mengenai batas paling bawah harga saham tersebut. Namun, sampai saat ini rencana tersebut belum terealisasi. Di samping itu, BEI juga berencana membuat papan saham gocap yang bertujuan untuk melindungi investor ritel.

Serok

Istilah serok sering digunakan oleh investor atau trader untuk mendeskripsikan aksi membeli saham pada saat harganya turun signifikan. Aksi ini biasanya dilakukan ketika indeks saham atau harga sebuah saham turun drastis.

Istilah ini hampir mirip dengan istilah bottom fishing yang biasa disebut oleh para trader di AS. Bottom fishing dipahami sebagai aksi membeli saham ketika harganya dianggap telah mencapai dasarnya setelah turun drastis.