Belajar dari Sikap Warren Buffett Terhadap Gejolak Pasar Saham

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Pada pekan lalu, perusahaan investasi asal Amerika Serikat, Berkshire Hathaway, menggelar rapat tahunan yang dihadiri oleh pendirinya sekaligus investor legendaris dunia, Warren Buffett.

Rapat tahunan itu digelar secara virtual untuk pertama kalinya dalam sejarah Berkshire karena wabah corona yang tidak memungkinkan pertemuan dilangsungkan secara terbuka.

Pertemuan itu mencuatkan sejumlah informasi penting mengenai keputusan investasi yang diambil oleh Buffett melalui Berkshire. Dari pertemuan itu, publik tahu Buffett kini memegang cash yang cukup banyak (hingga US$137 miliar) atau keputusan untuk menjual semua saham penerbangan.

Berbagai keputusan Buffett itu menarik untuk disimak dan dijadikan pelajaran bagi para investor saham di Indonesia. Berikut ini sejumlah sikap Buffett yang dapat dijadikan renungan:

1. Mengakui Kesalahan

Dalam rapat tahunan itu, Buffett mengungkapkan bahwa Berkshire menjual seluruh saham maskapai penerbangan yang dikoleksinya seperti United, American, Southwest dan Delta. 

Seperti dipublikasikan oleh sejumlah media, Buffett menyatakan industri penerbangan adalah industri yang benar-benar terpukul dari situasi economic shutdown belakangan ini karena peristiwa yang berada di luar kendali investor.

Peristiwa yang dimaksud adalah kemunculan wabah corona yang mengakibatkan orang-orang tidak lagi banyak berpergian menggunakan pesawat. Permintaan terhadap jasa penerbangan pun menurun. "Dunia telah berubah bagi industri penerbangan," kata Buffett.

Buffett mengakui telah membuat kesalahan dengan membeli saham-sahan penerbangan. Dia menyebutnya sebagai understandable mistake (kesalahan yang dapat dimengerti). Harga saham-saham penerbangan yang dulu dimiliki oleh Berkshire telah turun drastis.

Mengakui kesalahan adalah salah satu aspek penting dari investasi. Dengan mengakui kesalahan, investor bisa belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya dalam keputusan investasi di masa depan.

Apabila tidak mengakui kesalahan, sebuah keputusan di masa lampau tidak dianggap penting oleh investor tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran atas kesalahan tidak terjadi.

Kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi serta bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk investor sekaliber Buffett.

2. Optimis

Buffett adalah investor senior yang kini berusia hampir 90 tahun. Dia telah melewati berbagai masa dalam perekonomian Amerika Serikat, baik masa senang atau susah. 

Lahir pada 1930, Buffett pernah melewati masa Perang Dunia II pada 1939-1945, sebuah masa yang tidak dialami oleh banyak generasi masa kini. Selain itu, dia juga pernah melewati masa Krisis Misil Kuba pada 1962, 9 September 2001 (penyerangan gedung World Trade Centre) serta krisis finansial pada 2008.

Dengan berbagai pengalaman tersebut, apa pandangan Buffett mengenai perekonomian, khususnya perekonomian Amerika Serikat saat ini yang terguncang akibat corona? Buffett optimis bahwa perekonomian akan pulih kembali.

"Tidak ada yang bisa menghentikan Amerika," kata Buffett yang menyatakan bahwa "keajaiban Amerika" telah terbukti dan terjadi lagi dalam pemulihan ekonomi negaranya tersebut.

Sikap Buffett ini menarik untuk diteladani. Di tengah krisis yang menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, Buffett memandang optimis situasi akan kembali pulih di masa depan.

3. Tidak Memaksakan Diri Borong Saham

Apakah pasar saham yang sedang terguncang adalah waktu yang tepat untuk membeli saham? Jawabannya, bisa ya, bisa tidak, bagi Warren Buffett. 

Sampai akhir Maret 2020, Berkhsire memiliki kas dan setara kas yang cukup besar hingga US$137 miliar. Bagi perusahaan investasi seperti Berkhsire, uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli banyak saham di harga diskon.

Apalagi, indeks S&P 500 telah turun sebesar 35% dari 19 Februari sampai 23 Maret 2020. Tidak jarang, kesempatan itu digunakan oleh investor untuk memborong saham di harga yang dianggap murah.

Namun, Buffett tidak melakukan itu di saat memiliki kas yang cukup besar. "Kami tidak melakukan apa-apa karena kami tidak melihat sesuatu yang menarik untuk dilakukan." kata Buffett yang belum melihat ada harga saham perusahaan yang atraktif.

Sikap Buffett ini setidaknya menunjukkan bahwa tidak semua investor harus membeli saham ketika pasar saham sedang bergejolak apabila berdasarkan analisanya memang belum ada saham yang menarik. 

Dengan kata lain, investor tidak harus memaksakan diri untuk membeli saham ketika pasar saham sedang turun drastis atau nyerok. Bagaimana dengan kamu?

 

 

Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.