Investasi Emas: Masih Menarik atau Tidak?

Date:

[Waktu baca: 7 menit]

Setelah cukup lama stabil di atas level Rp1 juta per gram, emas Antam pada akhir bulan ini mulai melemah ke bawah level Rp1 juta per gram. Pada Kamis (29 Oktober 2020) pekan ini, harga saham Antam turun Rp12.000 dibandingkan harga hari sebelumnya ke level Rp995.000 per gram.

Berdasarkan data pergerakan harga emas di Logammulia.com, ini merupakan harga terendah sejak Minggu, 27 Juli 2020 lalu. Saat itu, harga emas Antam mencapai Rp997.000 per gram. Setelahnya, harga emas cenderung stabil di atas Rp1 juta per gram.

Harga emas sempat turun lagi ke level Rp999.000 pada Rabu, 7 Oktober 2020 lalu, tetapi hanya sebentar dan segera naik lagi ke atas Rp1 juta. Semoga saja penurunan harga yang kini terjadi pun hanya sementara dan emas akan kembali rebound.

Lagi pula, jika dibandingkan dengan harga emas Antam pada akhir tahun 2019 lalu yang senilai Rp771.000 per gram, level harga terkini itu masih lebih tinggi 29,3%.

Di pasar global, koreksi harga emas akhir-akhir ini juga terus terjadi dan makin jauh meninggalkan level US$2.000 per troy ounce. Pada Kamis, 29 Oktober 2020,  harga emas di pasar Comex kembali turun dan ditutup di level US$1.879,20 per troy ounce.

Pertanyaannya kini, apakah harga emas masih berpeluang naik lebih tinggi lagi pada sisa tahun ini atau pada tahun depan? Ataukah malah cenderung turun? Kita dapat menjawabnya dengan menilai beberapa sentimen yang kini berkembang di pasar global. 

Gejolak Politik AS

Salah satu sentimen jangka pendek penggerak harga emas global saat ini adalah pemilu presiden Amerika Serikat (AS) serta simpang siur paket stimulus fiskal AS. Pemilihan presiden AS akan bergulir 3 November 2020 nanti dengan dua kandidat, yakni petahana Donald Trump serta Joe Biden dari Partai Demokrat.

Rilis paket stimulus fiskal AS berpotensi membuka peluang kenaikan harga emas, terlepas dari siapapun kandidat calon presiden yang menang. Namun, tarik ulur peresmian undang-undang stimulus terbaru tampaknya menyebabkan kesepakatan antara DPR, senat, dan Gedung Putih akan sulit tercapai sebelum pemilu berlangsung.

Semula, DPR AS optimistis undang-undang stimulus itu dapat diloloskan akhir Oktober 2020, tetapi tampaknya kesepakatan sulit tercapai. Meskipun demikian, sentimen yang dibawa oleh kehadiran paket stimulus kemungkinan hanya jangka pendek efeknya.

Harga emas kemungkinan akan benar-benar dipengaruhi oleh seberapa cepat vaksin Covid-19 disalurkan dan pandemi berakhir. Adapun, jika pandemi terus berlanjut dan negara-negara dunia terus mengucurkan paket stimulus, harga emas berpotensi terus meningkat. Gelontoran dana stimulus bisa meningkatkan inflasi. Emas menjadi pilihan instrumen yang aman untuk lindung nilai guna mengatasi inflasi.

Ketika vaksin mulai beredar, pasar akan menjadi lebih tenang. Perlahan, pasar pun akan mulai meninggalkan aset-aset aman seperti emas. Jika kemunculan vaksin tertunda dari perkiraan semula, yakni November mendatang, emas mungkin masih bisa meningkat lagi dalam jangka pendek, bahkan ke level US$2.000 per troy ounce kembali. Namun, jika berjalan sesuai rencana, emas bisa turun lebih dalam lagi.

Perkembangan Covid-19

Berdasarkan data Worldometer.com, kasus baru Covid-19 di AS pada Kamis, 29 Oktober 2020, mencapai 91.530 kasus, sedangkan sehari sebelumnya bertambah mencapai 81.585 kasus. Secara total, kasus Covid-19 di AS mencapai 9,12 juta kasus.

Sementara itu, di Eropa, Italia dan Spanyol mulai kembali memberlakukan lockdown. Kasus baru Covid-19 di Italia dan Spanyol pada Kamis, 29 Oktober 2020 masing-masing 26.831 dan 23.580 kasus, sedangkan sehari sebelumnya masing-masing 24.989 dan 19.765 kasus.

Peningkatan kasus Covid-19 di negara-negara Eropa lainnya seperti Prancis, Inggris, dan Jerman juga cukup tinggi akhir-akhir ini, demikian juga di negara-negara Amerika Latin dan Asia. Hal ini membuka kemungkinan kebijakan lockdown kembali diberlakukan oleh sejumlah negara.

Sentimen seperti ini menyebabkan dolar AS cenderung meningkat akhir-akhir ini, yang merupakan lawan dari emas. Ekonomi negara-negara yang terancam melemah akibat lockdown akan menyebabkan pelemahan mata uangnya terhadap dolar AS. 

Laporan Bank Dunia

Laporan Commodity Markets Outlook Oktober 2020 dari Bank Dunia mengungkapkan bahwa reli harga emas tahun ini memang terutama disebabkan oleh faktor pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Hal ini justru memberikan dampak positif bagi harga aset safe haven seperti emas.

Emas merupakan instrumen lindung nilai terbaik, sebab harganya cenderung selalu meningkat dalam jangka panjang. Bank Dunia mencatat harga emas sudah dalam tren kenaikan dalam delapan kuartal terakhir. Pada kuartal III/2020 saja, harga emas melesat 12% dan sempat mencapai harga tertinggi di level US$2.067 per troy ounce.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan buruknya kinerja instrumen investasi lain, investor cenderung flight to safety, atau mencari instrumen investasi yang lebih aman. Emas menjadi pilihan utama saat ini.

Bank Dunia juga mengungkapkan bahwa tingkat permintaan exchange-traded fund (ETF) emas secara year on year (yoy) juga melonjak tiga kali lipat pada kuartal II/2020. Sementara itu, permintaan terhadap perhiasan turun 1,5 kali lipat dalam periode yang sama.

Kenaikan harga emas juga dipacu oleh kebijakan akomodatif dari bank sentral sejumlah negara. Pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan membuat mata uang dolar AS melemah dan mengerek naik lawannya, yakni komoditas seperti emas.

Di sisi lain, sejumlah negara justru mengalami hambatan dalam produksi emas, sehingga pasokannya di pasar global berkurang. Alhasil, harganya meningkat makin tinggi. Hambatan produksi ini terutama akibat pembatasan kerja (lockdown) di sejumlah negara penambang emas akibat Covid-19, seperti Meksiko, Peru, dan Afrika Selatan.

Bank Dunia memprediksi harga emas pada tahun ini akan naik di kisaran 27,5% hingga akhir tahun 2020. Menariknya, Bank Dunia juga memprediksi harga emas akan terus melanjutkan kenaikannya tahun depan seiring dengan pemulihan ekonomi global yang akan terjadi.

 Masih Berminat Beli Emas?

Dari ulasan singkat ini, dapat disimpulkan bahwa gejolak harga emas dalam jangka pendek masih akan terjadi. Namun, mengingat tingginya peningkatan kasus Covid-19 baru, tampaknya hanya menunggu waktu sebelum paket stimulus pemerintah AS benar-benar dikucurkan. 

Proyeksi Bank Dunia tentang prospek emas tahun depan tentu cukup menjanjikan. Lagi pula, emas punya reputasi yang cukup baik secara historis. Berikut ini grafik perkembangan harga emas Antam 10 tahun terakhir:

Dari grafik tersebut, terlihat bahwa tingkat fluktuasi harga emas cenderung terbatas, tetapi tren jangka panjangnya cenderung selalu meningkat. Kenaikan harga emas paling drastis tampak terjadi pada tahun ini. Berikut harga terkini emas Antam: