Konglomerat Baru Industri Digital, Siapa Mereka?

Date:

Ekonomi digital Indonesia menawarkan potensi cuan yang luar biasa. Hal ini bahkan diungkap langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah kesempatan pertengahan Juli 2021 ini. Ia menyebutkan, nilai transaksi perdagangan digital Indonesia pada 2020 mencapai Rp253 triliun. Angka ini diprediksi akan melompat menjadi Rp330,7 triliun pada 2021. 

Tak hanya itu, dengan pasar yang luar biasa besar, industri digital Tanah Air diperkirakan akan melejit ke posisi nomor wahid se-Asia Tenggara pada 2031 mendatang. Luar biasa bukan?

Potensi besar ini memang sudah lama diendus oleh sejumlah konglomerasi raksasa di Indonesia. Grup-grup bisnis besar ini mulai membidik pasar digital sebagai salah satu portofolio bisnisnya. Mereka mulai menyuntikkan dana ke sejumlah startup teknologi. 

Sebut saja, Djarum Group yang menyuntikkan modal ke sejumlah startup media dan teknologi, Salim Group yang juga memodali beberapa startup marketplace dan fintech, Sinar Mas Group yang berinvestasi ke sejumlah startup marketplace, Lippo Group ke startup unicorn Tanah Air, hingga Emtek yang tercatat berinvestasi ke sejumlah startup seperti Bukalapak yang segera IPO. Menariknya, semakin pesatnya industri digital di Indonesia ini memunculkan sejumlah konglomerat baru di sektor ini. Lantas siapa mereka? Big Alpha merangkumnya untuk kamu. 

 

1. Pendiri startup jadi miliarder

Lahirnya konglomerat baru memang tidak terelakkan seiring dengan industri digital yang terus berkembang. Siapa konglomerat yang dimaksud? Ya tentu saja para pendiri startup itu sendiri. 

Langsung saja kita ambil contoh, pendiri Bukalapak yang sebentar lagi akan melantai di bursa (IPO). Tiga pendirinya, yakni Achmad Zaky, Muhammad Fajrin Rasyid, dan Nugroho Heru Cahyono tercatat masih menjadi pemegang saham di startup unicorn tersebut. 

Mengutip prospektus yang dirilis Bukalapak pada Juli 2021, Achmad Zaky tercatat masih memegang 5,76 persen saham, Muhammad Fajrin Rasyid memegang 3,53 persen saham, dan Nugroho Heru Cahyono 2,78 persen saham. 

Mari kita berhitung. Dengan harga awal IPO di kisaran Rp750 sampai Rp850 per lembar saham, maka kekayaan ketiga pendiri Bukalapak ini mencapai Rp6,99 triliun hingga Rp7,92 triliun. 

Selain Bukalapak, konglomerat baru juga muncul dari GoTo, sebuah entitas baru hasil merger Gojek dan Tokopedia. Terbayang kan betapa besar nilai aset kedua startup unicorn ini setelah digabung? 

Dikutip dari Kontan, Nadiem Makarim sebagai pendiri Gojek memiliki 58.416 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan Rp13,11 miliar. Nilai kekayaan Nadiem yang berasal dari kepemilikan saham di GoTo lantas melesat 321 kali menjadi Rp4,22 triliun

Angka ini didapat dari perbandingan dengan investasi PT Telkomsel Selular (Telkomsel) di Gojek yang mencapai US$450 juta atau setara dengan Rp6,4 triliun. Telkomsel memiliki 89.125 lembar saham. 

Lantas pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya memiliki saham GoTo 64.767 dengan estimasi nilai penyertaan Rp9,35 miliar. Total asetnya mencapai Rp4,68 triliun. William masih menjabat sebagai CEO Tokopedia. 

 

2. Saham teknologi tumbuh pesat

Dilihat dari industri pasar modal, indeks teknologi atau IDX TECHNO di bursa efek Indonesia memang tumbuh kencang. Sejak awal tahun, emiten-emiten sektor teknologi digital memang berlari kencang. 

Salah satu yang paling terlihat adalah investasi yang dilakukan Salim Grup melalui Anthony Salim terhadap saham emiten data center yang IPO awal 2021 ini. Anthony memborong saham DCII di harga Rp 5.277 per saham sebanyak 192,74 juta lembar. Artonya, nilai transaksi Anthony mencapai Rp1,01 triliun. 

Transaksi ini menambah kepemilikan Anthony sebelumnya di DCII sebanyak 72,29 juta lembar saham. Artinya saat ini Bos Indofood ini sudah memiliki 265 juta saham DCII. Sementara saat ini, DCII dijual di harga Rp59.000 per lembarnya. Terbayang kan berapa pertumbuhan kekayaan Anthony Salim dari kenaikan saham DCII? 

Apakah Anthony Salim layak disebut sebagai konglomerat baru di industri digital?

Anthony Salim juga tercatat memiliki 9 persen saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Seperti diketahui, EMTK adalah induk usaha dari Bukalapak yang sebentar lagi melakukan IPO. Menarik bukan