Nasib IDXTrans Jika Pandemi Berakhir 

Date:

Emiten sektor transportasi dan logistik (IDXTrans) merupakan salah satu kelompok emiten dengan kinerja terbaik di pasar modal sepanjang tahun ini. Ada yang menarik, sebab kondisi pandemi tahun ini sebenarnya masih menekan kinerja bisnis emiten-emiten di sektor transportasi.

Hanya saja, pada saat yang sama kebutuhan terhadap layanan logistik memang meningkat, terutama terkait dengan pengantaran barang. Emiten-emiten di sektor ini berhasil tumbuh lebih kencang sehingga secara umum berhasil mengerek kinerja indeks ini dengan cukup tinggi.

Kini pertanyaannya, jika pandemi berakhir, apakah akan menjadi sentimen negatif atau positif bagi sektor ini? Apakah tren peningkatan yang terjadi sejauh ini akan berkesinambungan, ataukah justru bakal berbalik arah melemah?

Jika berkaca pada tren sepanjang tahun, rerata kinerja IDXTrans tergolong positif. Meski di awal tahun pertumbuhannya terbatas, bahkan turun sangat dalam pada Januari 2021, yakni -10,83% month-on-month (MoM). Namun, setelahnya indeks ini terus membaik.

Proses pemulihannya cenderung lambat dan agak tertinggal dibandingkan dengan indeks sektoral lainnya. Namun, pertumbuhannya relatif lebih konsisten yang pada akhirnya membuat kinerja emiten menghijau. 

Berikut ini historis pergerakan indeks ini sepanjang tahun ini:

Terlihat dari data itu bahwa secara bulanan, indeks ini dua kali melemah, yakni pada Januari dan Juni 2021. Pelemahan terjadi seiring dengan kenaikan kasus baru Covid-19 saat itu, khususnya usai periode liburan. Namun, setelahnya indeks ini lekas membaik.

Pada semester kedua tahun ini, kenaikan kinerja indeks ini cukup pesat dan menempatkannya sebagai indeks terkuat kedua di pasar modal. Posisinya baru bergeser ke peringkat ketiga menjelang akhir September 2021 setelah saham-saham batu bara terdongkrak imbas kenaikan harga di pasar komoditas. 

Pada akhir September 2021 atau akhir kuartal III/2021, indeks IDX Sector Transportation & Logistic ini tercatat sudah tumbuh 26,12% year-to-date (YtD), sedikit di bawah kinerja IDX Sector Energy yang naik 27,26% YtD. Di posisi puncak masih bertahan IDX Sector Technology dengan pertumbuhan 747,80% YtD.

Khusus pada bulan September 2021 saja, indeks IDX Sector Transportation & Logistic ini berhasil tumbuh 13,2% MoM. 

 

Pendorong IDXTRANS

Saat pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pembatasan mobilitas secara berulang, beberapa emiten transportasi juga mengalami gerak yang terbatas. Hal ini terbukti dari kinerja keuangan dan pergerakan saham mereka. 

Beberapa emiten di indeks IDX Sector Transportation & Logistic atau IDXTrans memang berkinerja negatif sepanjang tahun ini. Salah satu yang paling banyak menjadi sorotan adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. atau GIAA.

Maskapai pelat merah ini benar-benar tertekan akibat pembatasan mobilitas. Perusahaan pun kesulitan untuk memenuhi kewajiban keuangan rutinnya sehingga harus menderita kerugian besar setiap bulan. Kondisi ini belum menunjukkan perbaikan berarti hingga saat ini.

Di antara 27 emiten yang menjadi anggota indeks ini, masih ada 11 emiten yang berkinerja negatif, sedangkan enam emiten lainnya stagnan. Jadi, hanya ada 10 emiten yang kinerjanya positif dan menjadi penopang pertumbuhan yang cukup tinggi pada indeks ini.

Emiten dengan kinerja paling tinggi yakni PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) yang berhasil tumbuh 487,10% YtD atau dari Rp635 pada akhir 2020 menjadi Rp3630 pada sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis 14 Oktober 2021.

Selain itu, ada juga PT WEHA Transportasi Indonesia Tbk. (WEHA) yang melesat 221,21% YtD ke level Rp212, PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) 132,76% ke level Rp675, PT Trimuda Nuansa Citra Tbk. (TNCA) 67,85% YtD menjadi Rp775. 

Jika melihat komposisi daftar saham emiten IDXTrans dengan kinerja yang paling unggul itu, kinerja paling mencolok berasal dari kalangan emiten yang memiliki bisnis logistik. Emiten-emiten itu antara lain yakni ASSA, WEHA, TNCA, BPTR, TMAS dan SMDR. Dengan kata lain, semua emiten tersebut tumbuh pesat hingga ratusan persen di tahun ini.

Kebutuhan terhadap jasa logistik akhir-akhir ini meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan transaksi e-commerce. Selama masa pandemi dan pembatasan mobilitas, layanan logistik menjadi tumpuan harapan banyak masyarakat untuk kebutuhan pengiriman yang dulunya bisa dilakukan sendiri saja.

Barang-barang yang dulunya bisa dibeli sendiri ke mall atau pusat perbelanjaan, mulai pivot ke sejumlah layanan e-commerce. Pengiriman dokumen juga saat ini beralih ke jasa kurir. Bahkan layanan e-signature mulai di ramah di masyarakat. 

Kebiasaan yang mulai beralih di masyarakat tampaknya membuat emiten IDXTrans punya celah untuk tumbuh secara signifikan. Misalnya, ASSA yang memiliki bisnis logistik melalui Anteraja, tumbuh secara sangat signifikan tahun ini.

Pada momen festival belanja online 9.9, misalnya, Anteraja berhasil mengirim sekitar 1,7 juta paket per hari, lebih tinggi dibandingkan dengan periode puncak Lebaran yang hanya 1 juta – 1,2 juta per hari.

Kurir Anteraja sudah meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 19.000 orang. Selain itu, Anteraja juga memperluas layananan ke berbagai titik destinasi yang sebelumnya belum terjangkau.

WEHA juga memiliki jasa pengiriman paket yakni Daytrans. Selama ini, Daytrans hanya melayani pengiriman di Pulau Jawa, tetapi belakangan telah diperluas ke seluruh Indonesia.

Sementara itu, TNCA juga memiliki bisnis logistik melalui GED Logistics. TNCA juga bagian dari Grup Alibaba, sehingga tentu memiliki keuntungan kompetitif dalam kolaborasi dengan sesama perusahaan anggota grup ini.

Adapun, BPTR bergerak di banyak lini, meskipun fokus utamanya di lini penyewaan kendaraan. Namun, perseroan sudah mulai memasuki layanan kurir servis, terutama karena menyadari permintaannya yang tinggi selama masa pandemi.

Nah, dua emiten lainnya yakni SMDR dan TMAS adalah emiten pelayaran yang juga bergerak di bisnis logistik laut atau pelayaran peti kemas. SMDR bahkah telah mengembangkan inovasi industri pelayaran dan logistik berbasis teknologi, salah satunya Samudera Data Analytics & Prediction (SEDAP).

Saat ini, SMDR tengah menjajaki peluang pengembangan jasa logistiknya ke pasar logistik perikanan dan hasil laut Indonesia.

Sementara itu, TMAS juga berencana untuk memperluas kapasitasnya dengan penambahan hingga 13 unit kapal baru tahun ini, terutama untuk melayani rute di Indonesia Timur dan luar negeri. Sejauh ini, TMAS mengoperasikan sebanyak 52 kapal dengan kapasitas 26.203 TEUs dan DWT 402.230.

 

Prospek IDXTrans

Tampaknya, sentimen pendorong kinerja saham di indeks ini adalah keuntungan yang diperoleh bisnis logistik akibat kondisi pandemi. Sebaliknya, bisnis transportasi penumpang justru sangat tertekan di tengah kondisi ini.

Jika pandemi berakhir, bisnis pengangkutan penumpang kemungkinan bakal bergairah lagi, meskipun mungkin proses peningkatan kinerjanya akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Masyarakat mungkin belum cukup nyaman menggunakan transportasi publik sebelum Covid-19 benar-benar musnah. Kendati begitu, sentimennya bakal positif bagi sektor pengangkutan penumpang.

Lantas, bagaimana dengan bisnis logistik?

Bisnis ini memang diuntungkan oleh kondisi pandemi. Jika pandemi berakhir, kebutuhan terhadap layanan ini mungkin saja akan berkurang. Sebab, masyarakat kembali aktif komuter dan dapat membawa dokumen kerjanya sendiri.

Selain itu, jika aktivitas kunjungan ke pusat belanja meningkat, ketergantungan terhadap e-commerce juga mungkin sedikit berkurang. Sebab, sebagian barang-barang kebutuhan sehari-hari dapat dibeli langsung secara offline di lokasi belanja.

Meskipun demikian, tren belanja online adalah tren yang tidak dapat lagi dibalik. Kondisi pandemi telah menjadikan masyarakat lebih terbiasa untuk berbelanja online, bahkan masyarakat yang dulunya belum pernah mencobanya.

Oleh karena itu, hampir pasti meskipun pandemi berakhir, aktivitas transaksi e-commerce akan tetap tumbuh cukup tinggi. Apalagi, beberapa platform marketplace masih gencar menggelar banyak event dan promo untuk menarik banyak pengguna.

Berbagai riset lembaga independen pun telah menunjukkan besarnya potensi ekonomi digital Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh, Google, Temasek and Bain & Company memperkirakan potensi dinilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$124 miliar pada 2024 nanti.

Proyeksi itu mencerminkan tingkat pertumbuhan sebesar 182% jika dibandingkan dengan nilai ekonomi digital pada 2020 baru mencapai US$44 miliar. E-commerce diperkirakan masih menjadi penyumbang terbesar kue ekonomi itu.

Dengan demikian, kita masih dapat berharap permintaan terhadap jasa logistik masih akan tinggi dalam beberapa tahun ke depan, meskipun tingkat persaingannya juga bakal makin sengit seiring dengan banyaknya pemain baru yang muncul.

Jika begitu, peluang bagi pertumbuhan harga emiten-emiten anggota IDXTrans mungkin masih akan tinggi di masa mendatang. Hanya saja, mengingat tingkat pertumbuhannya yang sudah sangat tinggi sepanjang tahun ini, mungkin saja akan ada koreksi dalam waktu dekat sebelum akhirnya tumbuh lagi.