Prospek Besar EMTK Setelah Suntikan Modal Jumbo

Date:

[Waktu baca: 6 menit]

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. menjadi sorotan pasar belakangan ini. Saham perusahaan holding multisektor yang mengelola stasiun televisi Indosiar, SCTV, dan O Channel ini sudah menguat sebesar 80% sepanjang tahun ini saja ke level Rp2.520, sedangkan sepanjang 2020 lalu melejit 151,12%.

Emiten dengan kode saham EMTK ini baru saja melakukan pemecahan nilai nominal saham dengan rasio 1:10 pada pertengahan Januari 2021 lalu. Nilai nominal sahamnya yang semula Rp200, kini menjadi Rp20. Harga sahamnya yang kala itu Rp16.300, berubah menjadi Rp1.630.

Harga saham EMTK ini selama bertahun-tahun tidak lebih dari Rp10.000 atau Rp1.000 jika menggunakan nominal terbaru. Namun, sejak semester kedua 2020 lalu, sahamnya bergerak dari level Rp400-an (Rp4.000-an sebelum stock split) hingga kini mencapai Rp2.500-an.

Kenaikan harga saham EMTK sejak tahun lalu tampaknya terjadi seiring dengan kinerjanya yang kini mulai berbalik laba dari sebelumnya rugi selama 2018-2019. Apalagi, pemulihan kinerja ini justru terjadi di tengah pandemi, di saat banyak sektor lain mengalami tekanan bisnis.

Pada awal tahun ini, saham EMTK menjadi sorotan terutama karena kabar masuknya bos Grup Indofood Anthoni Salim ke dalam jajaran pemegang saham, serta aksi private placement jumbo senilai Rp9,29 triliun yang menghadirkan NAVER Corporation sebagai salah satu investor besarnya.

Perkembangan ini membuka prospek yang cukup menjanjikan bagi EMTK, mengingat selain sekadar memberikan dukungan modal, investor baru juga tentu memiliki keunggulan kompetitif yang akan besar kontribusinya pada EMTK.

Langkah ini diperkirakan bakal membuka aneka peluang ekspansi bisnis besar oleh EMTK di masa mendatang, yang tentu akan kian memperkuat kinerja keuangannya yang sudah mulai sehat sejak tahun lalu.

Baca juga: Membedah 5 Saham (GJTL, PTRO, MBSS, PNLF, BMTR) Pilihan Lo Kheng Hong

Perkembangan Kinerja Keuangan EMTK

Kinerja keuangan EMTK yang positif tahun lalu menjadi penopang utama bangkitnya saham perusahaan ini. Rilis kinerja keuangannya pada awal pekan ini menjadi sentimen kuat yang kian mengokohkan kenaikan harga sahamnya, setelah sebelumnya mengumumkan rampungnya private placement.

Berdasarkan laporan keuangannya, perseroan berhasil membukukan laba senilai Rp2,05 triliun. Ini merupakan peningkatan yang sangat pesat, mengingat kerugian yang besar yang telah dibukukan perusahaan 2 tahun terakhir. Sebelumnya, laba EMTK juga relatif sangat kecil.

Berikut ini perkembangan kinerja keuangan EMTK dalam beberapa tahun terakhir (dalam Rp miliar):


 

Jika melihat lebih dalam kinerja keuangan EMTK, peningkatan laba pada 2020 lalu sejatinya terjadi karena adanya pembukuan laba atas revaluasi investasi dengan nilai jumbo, yakni Rp1,59 triliun. Pos ini tidak ada tahun 2019 lalu.

Berdasarkan keterangan di laporan keuangannya, pendapatan itu diperoleh dari hasil penghitungan penilaian kembali atas 49% saham PT Elang Andalan Nusantara (EAN) yang dimiliki oleh PT Kreatif Media Karya (KMK), anak usaha EMTK.

Pada 30 Desember 2020, KMK menjual 6% sahamnya di EAN senilai Rp76 miliar, sehingga kepemilikannya turun dari 55% menjadi 49%. Transaksi ini menyebabkan KMK kehilangan pengendalian atas EAN dan berhenti mengonsolidasikannya ke dalam laporan keuangan KMK.

Alhasil, sisa saham KMK pada EAN sebesar 49% diakui sebagai investasi pada perusahaan asosiasi. Nah, setelah dilakukan penilaian kembali pada nilai wajar pada tanggal hilangnya pengendalian, KMK mencatatkan keuntungan atas penilaian kembali sebesar Rp1,59 triliun.

Artinya, ini bukanlah hasil pendapatan rutin EMTK, tetapi pengaruhnya signifikan terhadap laba bersihnya. Tahun ini, pos ini kemungkinan tak lagi ada, jika EMTK tidak lagi melakukan langkah serupa. Jika pendapatan itu dikeluarkan, laba bersih EMTK hanya Rp466 miliar.

Oleh karena itu, mengingat pendapatan tersebut bukanlah pendapatan rutin dan kemungkinan tidak lagi ada tahun ini, kinerja laba EMTK tahun ini kemungkinan besar tidak akan setinggi capaian 2020 lalu. Kecuali jika EMTK melakukan ekspansi besar-besaran.

Bagaimana dengan pos pendapatan?

Pendapatan EMTK pada 2020 masih naik 8,2% year on year (yoy) menjadi Rp11,93 triliun. Namun, kenaikan ini melambat dibandingkan dengan kenaikan pada 2 tahun sebelumnya, masing-masing 18% yoy dan 23,1% yoy.

Meskipun demikian, hal ini wajar sebab kondisi pandemi memang turut menekan bisnis media. Pada saat ekonomi tertekan, korporasi umumnya bakal mengurangi biaya iklan, sehingga berdampak terhadap pendapatan iklan media.

Jika diperinci, pendapatan dari iklan EMTK turun 12% yoy dari Rp5,35 triliun menjadi Rp4,69 triliun, padahal iklan merupakan sumber pendapatan terbesar pada 2019. Untungnya, pendapatan dari penjualan barang melesat 26% yoy menjadi Rp6,2 triliun, sekaligus menjadi kontributor terbesar.

Berikut ini rincian lini bisnis dan sumber pendapatan EMTK (dalam Rp miliar):

 

Adapun, dari sisi neraca keuangan, tidak banyak perubahan yang menarik pada EMTK. Total asetnya pada akhir tahun 2020 mencapai Rp17,88 triliun, hanya naik tipis dari 2019 yang senilai Rp17,54 triliun. Hanya saja, posisi kas dan setara kas turun cukup tajam dari Rp3,32 triliun menjadi Rp2,69 triliun.

Masuknya Anthoni Salim

Nama Anthoni Salim dalam daftar pemegang saham besar di atas 5% pada EMTK baru muncul tahun ini. Tidak tanggung-tanggung, Anthoni dilaporkan menggenggam 9,08% saham EMTK. Kendati demikian, setelah private placement terjadi, sahamnya terdilusi menjadi 8,15%.

Sebelum nama-nama investor strategis yang bakal menyerap private placement EMTK beredar, ada spekulasi bahwa Anthoni bakal turut serta dalam aksi private placement tersebut. Namun, belakangan EMTK melaporkan daftar nama investor strategis tersebut, tanpa ada nama Anthoni Salim di dalamnya.

Hubungan antara bos Grup Salim tersebut dengan EMTK sebenarnya bukanlah baru. Sebelumnya, Grup Salim sudah masuk di EMTK melalui PT Prima Visualindo. Perusahaan ini memiliki saham EMTK sebesar 8,14%, kemudian terdilusi menjadi 6,90% akibat private placement.

Setelah diusut, nama Anthoni Salim ternyata sebenarnya sudah masuk dalam daftar pemegang saham EMTK, bahkan sejak 2018. Lagi pula, sejarah hubungan antara Grup Salim dan EMTK sudah berlangsung bertahun-tahun, sebab berdirinya Indosiar pun adalah ide Anthoni Salim.

Kendati demikian, berhubung informasi masuknya Anthoni Salim dalam daftar pemegang saham EMTK baru berkembang belakangan ini, pengaruhnya terhadap citra emiten ini baru berdampak saat ini.

Dengan kapitalisasi pasar EMTK yang kini mencapai Rp152 triliun, kepemilikan Anthoni tersebut setara dengan Rp12,39 triliun. Tentu ada alasan kuat di balik keputusan investasi sebesar itu.

Oleh karena itu, tidak heran jika investor publik pun ikut menjadi antusias terhadap saham EMTK sehingga harganya naik gila-gilaan. Pasar masih menebak-nebak rencana Anthoni di EMTK serta kemungkinan dirinya masuk dalam jajaran manajemen.

Prospek Usai Private Placement

Sentimen yang lebih kuat bagi saham EMTK tampaknya adalah suksesnya aksi private placement perusahaan dengan total perolehan dana segar Rp9,29 triliun pada akhir kuartal I/2021. Adapun, pada akhir tahun lalu, total ekuitas EMTK hanya Rp12,4 triliun.

Artinya, tambahan modal ini bakal menaikkan kapasitas bisnis EMTK hingga hampir mencapai dua kali lipat. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan langkah ekspansi investasi, yang akhir-akhir ini makin gencar dilakukan perusahaan.

Dalam keterbukaan informasinya pada awal pekan ini, manajemen EMTK melaporkan sejumlah nama yang menjadi investor dalam aksi korporasi strategis ini. Dua nama besar yang disoroti yakni NAVER Corporation dan H Holdings Inc.

Namun, selain keduanya, ada juga beberapa investor institusi lain dari dalam negeri.

Mereka adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT Elbara Perkasa, dan PT Syailendra Capital.

Total kepemilikan saham EMTK para investor baru ini mencapai 8,88%. Dalam keterbukaan informasinya, perseroan belum memerinci berapa komposisi investasi dari masing-masing investor tersebut.

Kendati demikian, masuknya nama-nama investor ini tentu menjadi perhatian besar pelaku pasar. Nama yang paling menarik tentu saja adalah NAVER Corporation. Perusahaan investasi asal Korea Selatan ini menaungi beberapa usaha seperti operator mesin pencarian Naver, aplikasi tukar pesan Line, dan aplikasi streaming video V Live.

NAVER Corporation juga berinvestasi pada sekitar 50 perusahaan lain dari berbagai lini bisnis. Di lini hiburan, Naver turut berinvestasi di SM Entertainment, YG Entertainment, dan Big Hit Entertainment.

Ada pula investasi ke studio pembuat drama Studio Dragon dan Drama & Company, serta media asal Negeri Ginseng CJ ENM. Investasi Naver pada perusahaan yang populer di Indonesia antara lain pada Wattpad, e-commerce Carousell, dan BukaLapak.

Adapun, EMTK sendiri juga sudah menjadi investor di BukaLapak sejak 2014, sedangkan NAVER baru masuk pada pendanaan seri G pada 14 Januari 2021.

Masuknya NAVER Corporation dalam daftar pemegang saham EMTK boleh jadi merupakan upaya diversifikasi bisnis NAVER.

Namun, tetap saja terbuka kemungkinan bakal adanya aksi kerja sama strategis antara EMTK dengan perusahaan-perusahaan yang ada dalam portofolio investasi NAVER.

EMTK sendiri selama ini sudah melebarkan sayapnya pada berbagai lini bisnis strategis. Pada 2014, selain masuk di BukaLapak, EMTK juga berinvestasi di Home Tester Club dan Rumah Sakit Pertamedika Sentul.

Pada 2015, EMTK mengembangkan perusahaan subholding di bidang konten yakni PT Indonesia Entertainment Grup. Selain itu, EMTK juga meluncurkan platform video berbasis media sosial, yakni Vidio.com, serta kembali meluncurkan situs home shopping Oshop.co.id. Pada tahun yang sama, EMTK juga berinvestasi di startup PropertyGuru Pte. Ltd.

Pada 2016, EMTK membentuk kikdokter.com bersama Grup Kalbe. EMTK juga berinvestasi di penyedia layanan over-the-top (OTT) iflix. Pada 2017 EMTK mendirikan dompet digital DANA, sedangkan pada 2018 EMTK berinvestasi di Kapanlagi Dot Com Networks yang memiliki beragam lini bisnis media.

Selanjutnya, pada 2019 EMTK melakukan suntikan modal ke Samara, yakni perusahaan online events, marketing influencer, dan talent management. EMTK juga meluncurkan tv satelit Nexparabola.

Selain semua itu, beberapa perusahaan yang masuk dalam daftar investasi EMTK antara lain Waresix, Qareer Group Asia, Ice House, Grab, Kudo, hingga HijUp.

Dengan daftar panjang diversifikasi bisnis ini, terutama pada lini-lini bisnis baru dan startup, menjadikan peluang masa pertumbuhan usaha masa depan EMTK makin terbuka. Ditambah adanya suntikkan modal jumbo dari private placement, EMTK jelas bakal makin agresif.

Alhasil, menjadi beralasan jika investor kini sangat mengapresiasi sahamnya sehingga naik pesat. Lagi pula, dengan adanya kenaikan laba dan suntikan modal tambahan, valuasi EMTK kini menjadi lebih murah.