Saham Batu Bara Bertumbangan

Date:

Setelah kuat dalam lima pekan berturut-turut, sejumlah saham emiten batu bara bertumbangan dalam penutupan perdagangan hari ini, Senin (7/6/2021). Gejala ini sama sekali tak selaras dengan laporan Insider, dengan di awal Juni ini harga batu bara acuan dunia padahal sedang meningkat.

Merujuk kantor berita keuangan berlokasi di New York itu, di pasar global untuk setiap ton batu bara dikenai biaya kisaran USD 101.50 per 4 Juni 2021. Harga ini lebih mahal 1,00 persen daripada per 3 Juni yang berada di sekitar USD 101.00/ton.    

Terjungkalnya saham-saham emiten bahan bakar fosil di Busra Efek Indonesia (BEI) itu mayoritas diakibatkan faktor eksternal, yang antara lain aksi jual bersih investor asing (foreign net sell). Berikut dinamika saham emiten batu bara yang anjlok di BEI hari ini:

1. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), saham -350, ke Rp 13.750, foreign net sell Rp 662.700 juta.

2. Bayan Resources Tbk. (BYAN), saham -175, ke Rp 13.675, foreign net sell Rp 15.500 juta.

3. Bukit Asam Tbk. (PTBA), saham -60, ke Rp 2.220, foreign net sell Rp 10.494.800 miliar.

4. Indika Energy Tbk. (INDY), saham -50, ke Rp 1.335, foreign net sell Rp 566.900 juta.

5. Adaro Energy Tbk (ADRO), saham -25, ke Rp 1.205, foreign net sell Rp 9.553.200 miliar.

6. Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), saham -15, ke Rp 680, foreign net sell Rp 16.542.900 miliar.

7. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID), saham -4, ke Rp 362, foreign net sell Rp 3.940.600 miliar.

Dari data di atas, ITMG ialah emiten yang sangat terdampak aksi jual bersih investor asing dengan nominalnya mencapai Rp 662.700 juta. Walhasil, saham perusahaan yang tercatat di BEI di 18 Desember 2007 itu merosot hingga Rp 13.750 per lembarnya. Walaupun landai hari ini, tapi dalam sebulan saham ITMG terhitung melesat hingga 11,34 persen dan 0,73 persen selama kalender 2021 (ytd).

Beda halnya dengan BYAN yang menempati posisi kedua. Dalam sebulan terakhir, perusahaan yang berkantor di Jakarta Selatan itu memang turun drastis sampai minus 4,02 persen dan year-to-datenya bahkan mencapai -11,31 persen. Serupa BYAN, pergerakan saham PTBA pun demikian, dengan year-to-date di kisaran -20,43 persen dan -2,63 persen selama sebulan.

Begitu pula INDY. Perusahaan yang dirintis oleh salah satu putra konglomerat terbesar di era Orde Baru itu tercatat minus 22,83 persen sepanjang tahun ini, sementara sebulan terakhir jatuh di angka -7,93 persen. Lain dengan tiga kompetitornya yang jeblok, saham ADRO mirip ITMG, dengan melesat jauh di 17,18 persen untuk year-to-datenya dan 1,69 persen dalam sebulan.

Gerak saham MEDC untuk sebulan belakangan juga sama dengan hari ini, yakni -5,56 persen. Tapi demikian, dalam rentang 2021 MEDC sudah berhasil membukukan kenaikan hingga 7,09 persen khusus di tahun ini. Riwayat perdagangan DOID persis BYAN, PTBA, juga INDY. Yaitu, minus 0,55 persen dalam year-to-datenya dan -2,70 persen sepanjang Mei hingga Juni ini.

Menurunnya harga saham emiten batu bara akibat tunggang langgangnya investor asing sebenarnya pernah disinggung Fitch Ratings. Dalam ulasannya, lembaga pemeringkat kredit internasional itu menilai, arus kas perusahaan batu bara Indonesia yang cenderung berjalan negatif akibat pandemi menjadi kunci pergerakan saham di pasar modal ke depannya.