Saham dan Ekspektasi yang Tersirat

Date:

[Waktu baca: 2 menit]

Seberapa sering kamu melihat ada perusahaan yang merilis laporan keuangan dengan profitabilitas yang baik tetapi harga sahamnya kok tidak naik? Atau pernah melihat perusahaan yang mengalami kerugian tetapi harga sahamnya malah naik? Fenomena ini bisa dijelaskan melalui hubungan antara harga saham dan ekspektasi yang tersirat dari peserta pasar.

Secara sederhana ketika kamu membeli saham, kamu bertaruh performa perusahaan tersebut di masa depan akan lebih baik daripada ekspektasi pasar saat ini. Begitu pula ketika kamu menjual saham, kamu bertaruh performa perusahaan tersebut di masa depan akan lebih buruk daripada ekspektasi pasar saat ini… selain karena kamu juga butuh uang.

Agar dapat lebih memahami kenapa demikian, kita perlu mengerti bagaimana cara menilai sebuah saham. Salah satu metode yang digunakan untuk menilai suatu saham adalah menggunakan metode discounted cash flow (DCF). Pada metode DCF, proyeksi arus kas dari perusahaan di masa depan dihitung nilai kininya (present value) menggunakan biaya modal (faktor diskon) yang sesuai.

Proyeksi arus kas di masa depan serta faktor diskon dihitung dengan membuat model interaksi antara bisnis perusahaan dengan asumsi-asumsi mengenai ekspektasi keadaan di masa depan seperti tingkat inflasi, nilai tukar uang, pertumbuhan ekonomi serta industri, profitabilitas perusahaan, inisiatif belanja modal, perkiraan dampak dari strategi perusahaan, pertumbuhan penjualan, tarif pajak, dan asumsi-asumsi lainnya. 

Nilai kini dari total proyeksi arus di masa depan yang didapatkan kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar, untuk mendapatkan estimasi harga saham per lembar.

Penggunaan valuasi dengan metoda DCF memang memerlukan banyak latihan, tetapi untuk gambaran umum konsepnya cukup sederhana bahwa pada level harga saham tertentu, terdapat banyak ekspektasi yang tersirat.

Kembali ke kasus “perusahaan untung tetapi kok harga sahamnya tidak naik”, di dunia yang kompleks yang berbagai macam hal dapat terjadi, salah satu penyebab yang mungkin adalah keuntungan perusahaan tersebut tidak melebihi ekspektasi tersirat di harga saham tersebut. Harga saham tidak naik karena secara agregat ekspektasi yang tersirat di harga saham awal tidak terlampaui.

Hal lain yang perlu disadari adalah ekspektasi mengenai arus kas di masa depan sebuah perusahaan juga dapat selalu berubah sesuai dengan perubahan informasi-informasi yang ada. Harga saham akan mengikuti persepsi pasar atas ekspektasi-ekspektasi tersebut beserta perubahannya.

Nah setelah membaca artikel ini, jika kamu melihat teman atau keluargamu ada yang bingung mengenai fenomena “perusahaan untung tetapi kok harga sahamnya tidak naik”, kamu akan bisa menjelaskan dengan baik. 

Tags: