Sejarah Grup Lippo, Konglomerasi Raksasa Bikinan Mochtar Riady

Date:

Siapa yang tak kenal Grup Lippo? Lini bisnisnya menggurita di banyak sektor. Sebut saja, Matahari Department Store yang gerainya ada di berbagai kota di Indonesia, Siloam Hospitals yang juga punya banyak jaringan di berbagai kota, atau layanan sambungan internet dan multimedia First Media. 

Ketiga perusahaan di atas dioperasikan oleh anak usaha Grup Lippo. Tiga-tiga juga sudah melantai di bursa. Selain ketiga lini bisnis di atas, Lippo masuk di banyak sektor lainnya seperti perumahan, ritel, perhotelan, pendidikan, media, teknologi digital, kesehatan, layanan keuangan, hingga investasi global. 

Bermula dari bisnis keluarga kecil yang diprakarsai oleh Mochtar Riady, kini Grup Lippo menjadi salah satu perusahaan multisektor paling berpengaruh di Indonesia. Bahkan sosok Mochtar Riady sendiri berhasil duduk di peringkat ke-21 dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes. Kekayaannya mencapai US$2,1 miliar per Juli 2021. Seperti apa sejarah Grup Lippo? Big Alpha merangkumnya untuk kamu. 

 

1. Sang Pendiri, Mochtar Riady, pindah ke Jakarta

Sejarah panjang Grup Lippo tak bisa lepas dari peran Mochtar Riady dan keluarganya, sebagai pendiri dan pemilik konglomerasi raksasa ini. Mochtar yang lahir di Malang pada 1929, pindah ke Jakarta pada 1954. Kepindahan Mochtar demi mengejar cita-citanya menjadi seorang bankir. 

Namun setibanya di ibu kota, Mochtar muda tak langsung bisa menggapai mimpinya. Ia sempat bekerja di perusahaan importir, bekerja di sebuah kantor di Hayam Wuruk, hingga berbisnis kapal kecil. 

Hingga suatu saat, nasib baik berpihak padanya. Seorang temannya mengabarkan ada sebuah bank yang dilanda masalah dan menarinya untuk memperbaiki kondisinya. Mochtar pun meyakinkan Andi Gapa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah itu, dan menjadi direktur di bank tersebut. 

Dimulainya karir sebagai 'bankir' ternyata tidak semulus itu. Mochtar yang tak memiliki pengalaman di bidang keuangan pun sempat kesusahan. Ia sempat meminta tolong kawannya yang bekerja di Standard Chartered Bank tapi tetap saja kesulitan. 

Dengan kondisi itu, Mochtar memberanikan diri jujur kepada Andi Gappa dan para pegawai Bank Kemakmuran, bahwa dirinya nihil pengalaman di bidang keuangan. Mochtar pun meminta kesempatan untuk belajar dari nol. Ia lantas diberi peluang untuk bekerja dari bawah, mulai dari kliring, cash, hingga checking account. Mochtar memang pembelajar yang baik. Dalam satu tahun, Bank Kemakmuran mengalami banyak perubahan ke arah lebih baik. Lantas pada 1964, Mochtar pindah ke Bank Buana. Tahun 1971, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.

 

2. Awal mula Lippo Group

Jika ditarik ke belakang, titik mula pendirian Lippo Group berawal saat Mochtar Riady membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia miliki Haji Hasyim Ning pada 1981. Saat dibelim aset bank tersebut merosot ke level Rp16,3 miliar. 

Saat itu, Mochtar punya posisi penting di Bank Central Asia (BCA). Perlu diketahui, Mochtar bergabung ke BCA pada 1975 setelah meninggalkan Bank Panin. Di BCA, Mochtar memiliki share 17,5 persen saham. Aset BCA saat itu masih di angka Rp12,8 miliar. Sementara aset BCA saat Mochtar keluar dari BCA di akhir 1990, sudah di atas Rp5 triliun.  Secara umum, Mochtar Riady adalah orang di balik pendirian dan perkembangan tiga bank besar di Indonesia: Panin, Lippo, dan BCA. 

Masuk sebagai pemilik saham Bank Perniagaan Indonesia adalah lompatan besar bagi Mochtar. Tahun 1987, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak lebih dari 1.500 persen. Sosok Mochtar Riady pun dijuluki The Magic of Banking Marketing. Lantas tahun 1989, Bank Perniagaan Indonesia merger dengan Bank Umum Asia, menjadi Lippobank. Inilah titik mula Grup Lippo. 

 

3. Lippo mulai merambah banyak lini bisnis

Masuk tahun 1990, pasca pendirian Lippobank, Grup Lippo mulai merambah berbagai lini bisnis. Misalnya, mulai mengembangkan kawasan Karawaci, membuka Universitas Pelita Harapan di tahun 1994, mengakuisisi bisnis Matahari di tahun 1996, hingga membangun bisnis media lewat Beritasatu dan First Media di tahun 2007. Total, sudah ada 16 perusahaan di bawah kendali Grup Lippo yang terdaftar di berbagai bursa di Asia.