Murah? 2 Saham Big Caps Ini Turun Banget di Januari 2021

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Tak ada January Effect pada Januari 2021. Sepanjang Januari 2021, IHSG turun sekitar 2%, setelah mengalami reli tiga bulan sejak Oktober hingga Desember 2020.

Penurunan IHSG terjadi di tengah peningkatan kasus positif corona yang kian tidak terkendali serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dianggap tidak efektif oleh pemerintah sendiri. Ditambah dengan sudah relatif mahalnya harga-harga saham, IHSG kemudian mengalami koreksi selama pekan terakhir Januari 2021.

Dalam situasi seperti ini, tidak sedikit harga saham yang berguguran. Sebagian di antaranya mengalami penurunan hingga menyentuh batas penurunan harga (auto reject bawah/ARB). Tidak hanya saham berkapitalisasi kecil dan menengah (mid and small caps), penurunan harga juga dialami oleh saham-saham berkapitalisasi pasar (big caps).

Berikut ini pergerakan harga 10 saham big caps selama Januari 2021:

Baca juga: January Effect di Indonesia, Simak Data 30 Tahun Terakhir

Dari data di atas tampak sebagian saham big caps yang masuk ke dalam Indeks LQ-45 dan IDX30 mengalami penurunan harga hingga double digit seperti HMSP dan BBNI pada Januari 2021. Sebagian saham lainnya turun dalam kisaran 4%-6% seperti ICBP, TLKM dan UNVR. Namun, kinerja sebagian saham masih positif seperti BMRI, BBRI, BBCA, ASII dan TPIA pada bulan pertama tersebut.

HMSP dan BBNI

HMSP turun sebesar 12,96% pada Januari 2021. Ini adalah koreksi terbesar HMSP di bulan Januari dalam 18 tahun terakhir. HMSP terakhir mengalami koreksi besar pada bulan Januari pada 2003 dengan penurunan 19%. Secara rata-rata, HMSP naik 6% di bulan Januari dalam 20 tahun terakhir.

Namun, penurunan pada Januari 2021 ini belum sebesar penurunan saat koreksi pasar besar-besaran pada Februari-Maret 2020 saat pasar saham Indonesia mengalami gejolak besar seiring kepanikan terhadap virus corona. Pada saat itu, HMSP turun masing-masing 17,87% dan 16,18% pada Februari dan Maret 2020.

Secara fundamental, salah satu kondisi yang akan dihadapi oleh HMSP adalah peningkatan harga cukai rokok pada Februari 2021. Seperti diketahui, pemerintah menaikkan tarif cukai sekitar 12,5% mulai Februari 2021. Peningkatan cukai itu mengerek harga-harga rokok yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi rokok. Kebijakan cukai rokok ini direspon negatif oleh pelaku pasar.

Sementara itu, harga BBNI turun 10,12% sepanjang Januari 2021. Dalam 20 tahun terakhir, saham BBNI lebih sering turun di bulan Januari (11 kali turun, 7 naik). Koreksi itu juga belum sebesar koreksi BBNI sepanjang Januari-Maret 2020 dimana saham BBNI turun berturut-turut 8,28%, 2,43% dan 45,62% seiring market crash akibat pandemi corona. BBNI adalah bank buku IV yang penurunan harga sahamnya paling drastis pada awal 2021.

Penurunan harga saham BBNI terjadi di tengah penurunan kinerja fundamental BBNI. Sepanjang 2020, laba bersih BBNI susut 78,7% menjadi Rp3,28 triliun dibandingkan dengan Rp15,28 triliun pada 2019. Seperti diketahui, pandemi memukul bisnis bank, termasuk penyaluran kredit dimana banyak debitur menunda pengajuan kredit.

Di antara bank BUMN lainnya, asio harga saham terhadap nilai buku (PBV) BBNI adalah salah satu paling rendah yaitu 0,95 kali per 1 Februari 2021 dibandingkan dengan BMRI (1,64x) dan BBRI (2,74x). Sementara itu, PBV bank buku IV lainnya BBCA (4,73x),, BNGA (0,53x), PNBN (0,57x), BDMN (0,64x), BNLI (2,57x). PBV dianggap sejumlah ahli lebih cocok digunakan untuk mencermati saham bank karena aset bank yang banyak dalam bentuk obligasi dan pinjaman.