Susul Anak Usaha Ke Lantai Bursa, WMPP Janjikan Rencana Bisnis Agresif

Date:

Pada 2 Februari 2021 lalu, saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk. resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham WMUU. Kini, menjelang akhir tahun, giliran induk usahanya yakni PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. yang bakal menyusul ke BEI dengan kode saham WMPP.

Periode penawaran awal atau bookbuilding saham WMPP ini sudah dimulai sejak 27 Oktober 2021 lalu dan resmi berakhir pada pekan ini, Selasa, 9 November 2021. Selama masa bookbuilding, perseroan melakukan penjajakan terhadap calon investor kunci untuk menentukan harga pelaksanaan IPO.

Adapun, nilai nominal saham baru perseroan yakni Rp20 per saham, sedangkan rentang harga yang ditawarkan perseroan dalam aksi IPO ini yakni antara Rp160 hingga Rp220 per saham.

Sementara itu, total saham baru yang akan dilepas maksimal 8,33 miliar unit. Dengan demikian, potensi dana yang bisa diraup perseroan yakni antara Rp1,33 triliun hingga Rp1,83 triliun. Jumlah itu bakal setara dengan 25% dari total saham beredar perseroan setelah aksi korporasi ini rampung.

Nilai ini jauh lebih tinggi ketimbang nilai IPO Widodo Makmur Unggas (WMUU) pada awal tahun ini yakni hanya sebesar Rp349,41 miliar. WMPP sendiri saat ini menjadi pemegang saham tunggal terbesar pada WMUU, yakni sebanyak 76,5%. Sementara itu, ekuitas WMUU saat ini mencapai sekitar Rp1,16 triliun.

Sebagai informasi, IPO WMUU sendiri pada awal tahun ini tidak begitu mengesankan. Perseroan melakukan IPO dengan harga Rp180. Harganya sempat naik menyentuh level auto reject atas (ARA) di hari pertama ke level Rp302, tetapi segera disusul auto reject bawah (ARB) selama 4 hari berturut-turut.

Bahkan, saham WMUU sempat melemah hingga ke level Rp150-an pada Agustus 2021 lalu, sebelum kini kembali ditransaksikan di kisaran Rp180-an.

Proses IPO WMPP akan rampung dengan pencatatan sahamnya di BEI pada 26 November 2021 mendatang. Lantas, apakah WMPP akan bernasib sama seperti WMUU?

 

Mengenal WMPP

Berdasarkan prospektusnya, WMPP didirikan pada 2003 lalu oleh Tumiyana, seorang mantan petinggi BUMN. Dirinya pernah menjabat sebagai direktur utama di PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) selama dua periode yakni 2008-2016 dan 2016-2018, sebelum dipindahkan menjadi dirut PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). Posisi itu ditempatinya hingga Juni 2020.

Kepemilikan Tumiyana di WMPP pada saat pertama kali berdiri yakni sebesar 67% dengan nominal kepemilikan Rp167,5 juta. Kini, Tumiyana memiliki 95,6% saham WMPP dengan nominal kepemilikan senilai Rp478 miliar. Sisanya dimiliki oleh Warsini sebesar 4% atau Rp20 miliar dan Mega Nurfitriyana 0,40% atau Rp2 miliar.

Saat ini, WMPP memiliki lebih dari 1.400 karyawan di jaringan bisnis perseroan yang meliputi peternakan sapi dan unggas terintegrasi, pengolahan daging, perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan, serta bisnis konstruksi dan energi untuk fasilitas produksi dan energi terbarukan.

Kendati diversifikasi bisnisnya cukup luas, perseroan mendefinisikan diri sebagai perusahaan peternakan terintegrasi terbesar di Indonesia yang fokus pada ternak sapi dan unggas.

Walaupun baru resmi berdiri pada 2003, bisnis peternakan sapi dimulai sudah sejak 1996. Belakangan, selain di bisnis peternakan sapi, perseroan terus berkembang ke berbagai bisnis lain termasuk perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan, dan pengolahan daging.

Perseroan lalu memperluas peternakan sapi dan pabrik pakan perseroan pada tahun 2006 dan membangun rumah potong hewan pertama untuk memasok produk daging di Indonesia pada tahun 2013.

Sampai saat ini, perseroan terintegrasi secara vertikal mulai dari pemeliharaan, penyembelihan, dan kemudian ke pengolahan daging; dan terintegrasi secara horizontal melalui perdagangan komoditas pertanian, dan bisnis perkebunan.

Untuk mendukung peternakan sapi dan peternakan unggas terintegrasi, dan untuk menawarkan berbagai makanan olahan yang komprehensif, WMPP terus memperluas operasi hilir seperti rumah potong hewan. Penjualan bersih WMPP terutama didorong oleh penjualan di peternakan sapi, unggas dan pengolahan daging.

Menurut Frost & Sullivan, sehubungan dengan bisnis peternakan sapi terintegrasi, WMPP memiliki kapasitas terbesar dengan 172.000 ekor per tahun dan kapasitas rumah potong terbesar dengan 300 ekor per hari pada Juli 2021.

Pada tahun 2020, perseroan memegang pangsa pasar sebesar 10,0% dari total impor sapi ke Indonesia, dan 5,5% dari sapi potong di dalam negeri.

Sementara itu, sehubungan dengan bisnis peternakan unggas terintegrasi, WMPP memiliki fasilitas pemotongan unggas terbesar di satu lokasi di Giritontro, Wonogiri, dengan kapasitas 12.000 ekor per jam, per Juli 2021.

Dengan memiliki fasilitas peternakan unggas terintegrasi memungkinkan perseroan untuk mengembangkan skala ekonomi dan membangun pangsa pasar yang substansial dalam industri peternakan terpadu Indonesia.

Pada tahun 2020, perseroan memegang pangsa pasar 1,1% dari total tonase daging broiler yang dijual ke pasar berdasarkan permintaan nasional Indonesia.

Kini, dengan langkah IPO yang bakal ditempuh, WMPP berpotensi untuk makin meningkatkan pangsa pasar tersebut. Adapun, dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk sejumlah tujuan.

Sekitar 11,43% akan digunakan untuk membiayai pengembangan kerjasama operasi export yard, logistik, dan rumah potong hewan di Australia. Sekitar 19,05% akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas peternakan terintegrasi dan perkebunan jagung di Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Sekitar 19,05% akan digunakan untuk pemberian modal kepada entitas anak perseroan, sedangkan sekitar 17,90% akan digunakan untuk pembayaran utang perseroan dan grup. Sementara itu, sekitar 32,57% lainnya akan digunakan untuk modal kerja perseroan, terutama untuk pembelian bahan baku.

 

Profil Keuangan WMPP

Jika menilik laporan kinerja keuangannya seperti yang tertera dalam prospektusnya, WMPP tergolong perusahaan yang cukup menguntungkan. Kinerja bisnisnya pun konsisten terus bertumbuh, setidaknya dalam 4 tahun terakhir. Di tengah kondisi pandemi, bisnisnya pun tetap bertumbuh.

Berikut ini perkembangan negara keuangan WMPP yang mencakup modal atau ekuitas, beban atau liabilitas, dan total aset:

Dari data tersebut, terlihat bahwa neraca keuangan WMPP konsisten meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan terjadi lebih pesat pada paruh pertama tahun ini berkat IPO dari anak usahanya, yakni WMUU, pada awal tahun ini.

Sementara itu, berikut ini kinerja pendapatan dan labanya pada periode yang sama:

Dari data tersebut, terlihat pula bahwa kinerja pendapatan dan laba WMPP juga cukup mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Pendapatannya memang sempat turun pada 2019, tetapi pada saat yang sama laba bersihnya justru meningkat pesat.

Sementara itu, pada 2020 pendapatannya meningkat, tetapi laba bersihnya justru tergerus. Meskipun demikian, margin laba bersih atau net profit margin (NPM) perseroan pada 2020 masih lebih baik ketimbang 2018.

Pada paruh pertama tahun ini, kinerja keuangan perseroan terlihat meningkat drastis, lagi-lagi terutama berkat peningkatan modal pada WMUU seiring dengan langkah IPO. Pendapatannya pada paruh pertama tahun ini melesat 80% year-on-year (YoY), sedangkan laba bersihnya meroket 189,3% YoY.

Seiring dengan itu, NPM perseroan pun menebal hingga 4,6%, bahkan melebihi NPM yang dicapai pada 2019 lalu yang sebesar 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perseroan mampu bangkit dari kondisi pandemi tahun lalu dan berhasil mengoptimalkan modal yang diperoleh melalui IPO.

Adapun, perseroan menargetkan pada akhir tahun ini laba bersihnya dapat tumbuh hingga 290% YoY atau menjadi sekitar Rp236 miliar.

 

Prospek WMPP

Menjelang langkah IPO, manajemen WMPP telah melakukan paparan publik terkait rencana bisnis dan prospek usaha WMPP di masa mendatang. Perusahaan ini bakal menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp10,9 triliun untuk ekspansi bisnis 2020-2025.

Artinya, perseroan akan menggelontorkan capex rata-rata senilai Rp1,6 triliun hingga Rp1,8 triliun setiap tahun untuk ekspansi. Salah satu sumber dananya yakni dari IPO ini, dari kas yang diperoleh perseroan seiring dengan kenaikan laba bersih setiap tahun, serta emisi obligasi.

Kabarnya, ekspansi tersebut akan mencakup semua lini bisnis perusahaan, yaitu peternakan sapi terintegrasi, pengolahan makanan berbasis daging, peternakan ayam terintegrasi, komoditas pertanian, serta konstruksi dan energi terbarukan.

Perusahaan optimistis langkah tersebut akan berimbas pada kinerja positif perusahaan. Dalam rentang 2020 hingga 2025 mendatang, manajemen WMPP memprediksi rata-rata pertumbuhan laba bersih perusahaan akan mencapai sekitar 59% per tahun.

Adapun, langkah ekspansi yang telah dilakukan salah satunya yakni pembangunan pabrik pakan ternak di Ngawi, Jawa Timur, yang ditargetkan rampung pada semester I/2022 mendatang.

Selain itu, perusahaan juga tengah merampungkan pembangunan peternakan ayam pedaging (broiler) di Wonogiri, Jawa Tengah, dengan kapasitas 2,4 juta ekor ayam. Perusahaan menargetkan proyek ini sudah dapat beroperasi penuh pada paruh pertama tahun 2022.

WMPP juga akan meningkatkan kapasitasnya di lini bisnis peternakan sapi. Perluasan kandang sapi di Cianjur, Jawa Barat, saat ini tengah berlangsung yang akan memperbesar kapasitasnya lebih dari 172 ribu ekor per tahun.

WMPP juga menyiapkan lahan di Lampung seluas 6.000 hektare untuk ditanami Jagung, sehingga 2 tahun ke depan, perseroan memiliki kapasitas lahan 26.000 hektar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 55% raw material WMUU.

Di lini energi baru terbarukan, WMP akan memanfaatkan panel surya yang dikombinasikan dengan kekuatan angin (wind power). Lahan di Makassar seluas 20.000 hektare perlu energi dengan besaran 20 megawatt.

Dengan demikian, peternakan terintegrasi ini dapat digarap di satu kawasan menghasilkan produk akhir dari daging sapi, seperti sosis, bakso, dan berbagai produk protein lainnya.

Adapun, khusus untuk 2022 mendatang, yakni segera setelah perseroan mengantongi dana IPO, WMPP menargetkan pendapatannya bisa tumbuh 110% YoY, sedangkan laba bersih ditaksir mencapai Rp1,05 triliun.

Proyeksi pertumbuhan ini didasarkan atas estimasi bahwa utilitas pabrik perseroan semuanya sudah dapat mencapai 100% pada tahun depan, seiring dengan meredanya pandemi. Sejauh ini, utilitas pabrik perseroan masih sekitar 60%. Kendati demikian, kondisi ini sudah membaik ketimbang awal tahun yang hanya 43%.

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri makanan pokok, prospek WMPP sejatinya cukup menjanjikan. Secara tahunan, kebutuhan sektor pangan meningkat sekitar 5,7% dengan asumsi pertumbuhan jumlah penduduk mencapai 1,4 juta jiwa per tahun.

Industri pangan pun tidak akan mengalami sunset, sebab merupakan kebutuhan pokok. Apalagi, perseroan fokus pada pasokan protein yang tingkat konsumsinya masih relatif rendah di Indonesia. Dengan demikian, peluang pertumbuhannya masih sangat besar.

Jika berkaca dari peluang tersebut, rencana bisnisnya yang agresif, serta rekam jejak pendirinya yakni Tumiyana yang sukses di BUMN Karya, tampaknya WMPP berpotensi menjadi salah satu emiten dengan tingkat pertumbuhan yang menjanjikan di sektor barang konsumsi.

Namun, pasar sering kali punya logikanya sendiri yang sulit diprediksi. Apakah saham WMPP akan terus melesat setelah IPO? Semoga saja.