5 Kesalahan Investasi Saham Oleh Pemula

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Investasi saham kian populer pada saat ini. Salah satu tandanya adalah peningkatan jumlah investor saham sebesar 16% mencapai 1,28 juta  SID (single investor identification) pada Juli 2020 dibandingkan dengan akhir 2019.

Secara keseluruhan, investor pasar modal di Indonesia (termasuk reksadana dan obligasi) dalam periode itu mencapai sekitar 3 juta orang. Perkembangan teknologi membuat akses informasi mengenai instrumen investasi ini kian mudah.

Namun, tidak jarang kita mendengar cerita mengenai orang yang kecewa bahkan trauma karena investasi saham. Pada umumnya, orang tersebut mengalami kerugian yang tidak kecil yang mengakibatkan hilangnya sebagian hartanya. Dalam kasus yang lebih ekstrim, investor saham bunuh diri diduga terkait kerugian dalam investasi saham.

Investasi saham seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, investasi saham menghadirkan kegembiraan dan kepuasan karena keuntungan yang diberikan. Di sisi lain, investasi saham bisa membangkitkan perasaan sedih dan kecewa yang mendalam karena kerugian yang dialami.

Berikut ini sejumlah kesalahan dalam investasi saham yang dilakukan oleh pemula. Kesalahan ini dapat menjadi pelajaran bagi para investor agar tidak mengulanginya lagi di masa depan:

1. Acuhkan Risiko

Salah satu kesalahan yang biasa dilakukan oleh investor saham pemula adalah mengacuhkan risiko yang melekat dari kegiatan investasi saham dan semata-mata hanya mengincar keuntungan. 

Dalam investasi, risiko dan keuntungan adalah dua sisi dalam koin yang sama. Semakin tinggi potensi keuntungan maka semakin tinggi pula risikonya. Begitupula sebaliknya ketika potensi keuntungan lebih rendah.

Selain melakukan kalkulasi mengenai proyeksi keuntungan, investor saham juga perlu mempersiapkan diri atas potensi kerugian yang dialami. Risiko investasi saham pernah diulas di artikel ini.

Semua investor saham di dunia ini, bahkan investor legendaris seperti Warren Buffett, menghadapi risiko investasi saham. Perusahaan investasi milik Warren juga pernah mengalami kerugian.

2. Terlalu Percaya Diri

Dalam ilmu keuangan perilaku, salah satu bias yang sering dibahas adalah terlalu percaya diri (overconfidence bias). Dalam investasi saham, investor saham yang mengalami bias ini biasanya menganggap bahwa analisanya, informasi yang dimiliki atau keputusannya adalah yang paling benar.

Ketika terlalu percaya diri dengan apa yang diyakininya, investor saham bukan tidak mungkin akan mengabaikan analisa atau perspetif dari orang lain yang bisa jadi lebih tepat.

Terlalu percaya diri bukan tidak mungkin dapat mengakibatkan keputusan investasi yang gegabah. Untuk menghindari sikap itu, investor dapat bersikap rendah hati dengan tidak menganggap dirinya sebagai yang paling hebat di pasar saham.

3. Langsung Modal Besar

Kesalahan yang bisa dilakukan oleh investor pemula adalah melakukan investasi saham langsung dengan menggunakan modal besar. Penggunaan modal besar itu biasanya dilakukan dengan harapan keuntungan yang berlipat ganda.

Modal besar itu bahkan diperoleh dari dana lain yang sebenarnya diperuntukkan untuk keperluan lain (dana darurat, tabungan pernikahan, tabungan pendidikan dan sebagainya).

Saat pasar mengalami volatilitas dan harga sahamnya mengalami penurunan, investor saham itu akan mengalami kerugian yang besar seiring dengan besarnya modal tersebut.

Kondisi itu dapat membangkitkan perasaan sedih dan kecewa karena kekhawatiran hilangnya sebagian harta karena penurunan harga saham. Kendati ada potensi harga saham tersebut naik lagi di masa depan, perasaan negatif dapat mengakibatkan perubahan emosi yang berdampak terhadap keputusan investasi.

Bagi investor pemula, tidak ada salahnya memulai investasi saham dengan modal yang relatif kecil terlebih dulu sebagai bagian dari proses adaptasi dan mempelajari ilmu investasi setahap demi setahap. 

Sebagai alternatif dari pilihan investasi dengan jumlah uang tertentu secara sekaligus (lump sum), investor pemula dapat menggunakan metode mencicil membeli saham dalam interval tertentu (setiap bulan, misalnya) yang dikenal sebagai dollar cost averaging.

4. Tanpa Analisa

Kesalahan lain yang biasa dilakukan oleh investor saham pemula adalah berinvestasi saham tanpa analisa yang memadai, baik analisa fundamental atau analisa teknikal. 

Tidak sedikit investor saham berpengalaman yang menyarankan supaya investasi saham disertai dengan analisa. Salah satu kegunaan analisa adalah menentukan sebuah saham layak dikoleksi atau tidak. Proses pembelajaran analisa saham membutuhkan waktu yang tidak singkat.

5. Tidak Mengakui Kesalahan

Di luar empat kesalahan umum di atas, investor saham barangkali menemukan kesalahan lain yang unik dalam berinvestasi saham. Tidak ada salahnya mengakui hal tersebut sebagai sebuah "kesalahan" yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa mendatang.

Apabila tidak mengakui kesalahan tersebut, sebuah kekeliruan di masa lampau berarti tidak dianggap penting oleh investor tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran atas kesalahan tidak terjadi.

Dengan mengakui kesalahan, investor bisa belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya dalam keputusan investasi di masa depan. Membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi. Pengalaman membuat kesalahan dapat menjadi bekal dalam pengambilan keputusan yang lebih baik di masa yang akan datang.

 

 

 

 

Tags: