Ada Anggota Baru! Ini Daftar Unicorn Indonesia Paling Update

Date:

Industri ekonomi digital di Tanah Air tak bisa dipungkiri melesat cepat. Sepanjang 2021 ini saja, sudah ada dua pendatang baru perusahaan rintisan (startup) di Indonesia dengan nilai valuasi jumbo di atas US$1 miliar. Istilah populernya, unicorn. 

Kawasan Asia Tenggara sendiri menjadi magnet baru bagi perusahaan venture capital untuk menggelontorkan modalnya bagi startup potensial. Per Juni 2021 tercatat ada 16 unicorn+decacorn di Asean. Angka ini terbilang besar untuk ukuran global. 

Dari seluruhnya, Indonesia menyumbang 7 startup. Ada satu startup pendatang baru yang baru pertengahan 2021 ini masuk ke jajaran unicorn Indonesia. Siapa dia? Apa saja sih unicorn yang ada di Indonesia saat ini? Big Alpha merangkumnya untuk kamu. 

 

1. Gojek 

Siapa yang nggak kenal Gojek? Sejak pertama kali dikenalkan ke publik pada 2010 lalu, startup transportasi ini berkembang dengan sangat cepat. Dalam kurun waktu singkat, Gojek berhasil merebut pasar industri ride hailing di Indonesia. 

Berdasarkan laporan CB Insight pada Juli 2021, Gojek memiliki valuasi US$10 mliar. Artinya, Gojek sudah sah dikategorikan decacorn dengan nilai valuasi yang ada.

Universitas Indonesia pernah merilis risetnya pada 2018 yang menyebutkan bahwa Gojek memberikan dampak ekonomi sebesar Rp44,2 triliun bagi ekonomi nasional. Selain itu, Gojek dianggap punya peran penting dalam mendukung iklim UMKM.

Dikutip dari situs resminya, Gojek telah menggandeng lebih dari 2 juta pengemudi online, 500 ribu merchant makanan, dan lebih dari 170 juta unduhan aplikasi oleh pengguna. 

2. Tokopedia

Unicorn terbesar kedua di Indonesia adalah Tokopedia yang diperkirakan memiliki valuasi US$8 miliar- US$10 miliar pada awal 2021 atau setara dengan Rp112 triliun (kurs Rp14.100). Tokopedia merupakan perusahaan marketplace atau pihak yang menghubungkan antara penjual dan pembeli, atau yang akrab kita sebut e-commerce. 

Menariknya, dua unicorn yang menduduki peringkat teratas yakni Gojek dan Tokopedia sudah resmi melakukan merger pada Mei 2021. Entitas baru, bernama GoTo, dinakhodai oleh Andre Soelistyo sebagai CEO. Sementara Tokopedia masih ditangani oleh William Tanuwijaya dan Gojek masih oleh Kevin Aluwi. Masing-masing sebagai CEO. 

3. Traveloka

Traveloka dikenal sebagai perusahaan yang memiliki layanan pemesanan tiket transportasi, pemesanan hotel, hingga penyewaan kendaraan. Perusahaan teknologi dengan layanan pemesanan jasa transportasi ini diperkirakan memiliki valuasi lebih dari US$3 miliar pada akhir 2020.

Seiring berjalannya waktu, lini bisnis Traveloka juga merambah ke layanan gaya hidup, direktori kuliner, hingga jasa keuangan. Khusus jasa keuangan, Traveloka menawarkan solusi pembayaran dan asuransi. Aplikasi traveloka sendiri telah diunduh lebih dari 60 juta kali oleh pengguna. 

4. OVO

OVO dikenal sebagai perusahaan yang memiliki layanan dompet digital. Pada saat ini, aplikasi OVO dapat digunakan untuk keperluan pembayaran sampai investasi.

Valuasi OVO diperkirakan mencapai US$2,9 miliar pada 2020. Dibentuk oleh salah satu grup bisnis besar di Indonesia yaitu Lippo Group, OVO diluncurkan pada 2017.

Seiring berkembangnya bisnis perusahaan, OVO yang dikenal dengan warna khas ungu itu kemudian digandeng oleh Tokopedia sebagai platform pembayaran digital di marketplace tersebut. Kerjasama itu meningkatkan jumlah pengguna di kedua belah pihak.

5. Bukalapak

Bukalapak merupakan perusahaan teknologi yang memiliki bisnis utama yang hampir sama dengan Tokopedia yaitu marketplace. Pada Juli 2021, valuasi Bukalapak diperkirakan mencapai US$3,5 miliar.

Per 6 Agustus 2021, Bukalapak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten BUKA. Di periode awal IPO, harga saham BUKA sempat melonjak di atas Rp1.100 per lembar. Angka ini jauh di atas penawaran, Rp850 per lembar. 

Didirikan pada 2010, Bukalapak telah melayani lebih dari 6 juta pelapak, 5 juta mitra Bukalapak, dan 90 juta pengguna aktif.  Status Unicorn sendiri mulai disandang Bukalapak per 2017 lalu. Dengan mitra yang cukup banyak, Bukalapak juga dianggap punya peran penting dalam mendukung iklim UMKM nasional.

6. J&T Express

J&T Express baru masuk ke deretan unicorn Indonesia awal 2021 ini. Perusahaan yang didirikan oleh mantan eksekutif Oppo yaitu Jet Lee dan Tony Chen itu bergerak di bidang ekspedisi dan logistik. 

Masuknya J&T Express dalam jajaran unicorn di Tanah Air dirilis oleh firma riset CBInsight yang menyebutkan valuasi perusahaan ini sebesar US$7,8 miliar setara dengan Rp 113,5 triliun per April 2021.

Didirikan pada 2015, J&T Express yang bermarkas di Indonesia kini telah memiliki perluasan wilayah kerja ke sejumlah negara lain di Asia, dari Vietnam sampai China. Di Indonesia, perusahaan ini menjadi mitra pengiriman logistik sejumlah e-commerce seperti Bukalapak, Shopee hingga Tokopedia.

Masa pandemi yang mengerek penggunaan e-commerce turut meningkatkan permintaan terhadap jasa pengiriman barang yang dikelola oleh J&T Express. Pertama kali datang ke Indonesia pada 2015, layanan J&T Express kini merambah seluruh Indonesia.

7. OnlinePajak

Belum banyak masyarakat mengetahui bahwa ada satu lagi startup yang berstatus unicorn. Dialah OnlinePajak, sebuah platform manajemen pajak. OnlinePajak melayani penghitungan besaran pajak tertanggung yang harus dibayarkan wajib pajak (WP), memfasilitasi setoran, sampai surat pemberitahuan (SPT) tahunan. 

Per Juli 2021, OnlinePajak tercatat memiliki valuasi US$1,7 miliar. Beberapa investor dengan kontribusi tertinggi kepada OnlinePajak adalah Sequoia Capital India, Warburg Pincus, dan Altos Ventures. 

8. Xendit

Xendit didirikan oleh Moses Lo pada tahun 2015. Startup fintech ini menyediakan layanan berupa sistem pembayaran (payment gateway) untuk memudahkan proses transaksi pelaku bisnis, mulai dari UMKM, startup, e-commerce, hingga perusahaan besar. 

Xendit baru saja mengumumkan perolehan pendanaan Seri C senilai USD 150 juta atau Rp 2,1 triliun. Hal itu yang mendongkrak Xendit sejajar dengan Gojek maupun Tokopedia.