Apa Kabar Bisnis Blue Bird (BIRD)?

Date:

[Waktu baca: 7 menit]

PT Blue Bird Tbk. menjadi salah satu emiten yang terbukti masih mampu bertahan di era disrupsi, terutama ketika popularitas platform Gojek dan Grab perlahan mulai menggeser dominasi taksi Blue Bird sebagai moda transportasi andalan masyarakat yang paling nyaman.

Alih-alih terus bersaing, Blue Bird justru mengambil keputusan cerdik melalui kerja sama dengan Gojek.

Melalui berbagai manuver bisnis, emiten dengan kode saham BIRD ini pun masih mampu bertahan, bahkan di tengah pandemi yang memaksa masyarakat untuk membatasi aktivitas transportasi. Kinerja keuangannya masih cukup kuat untuk menopang tekanan bisnis yang dialami tahun ini.

Akhir-akhir ini, saham BIRD menjadi salah satu saham yang disoroti investor. Hingga Senin (21 Desember 2020), saham BIRD sudah meningkat 39,41% dalam sebulan ke level Rp1.645 per saham. Dalam 3 bulan terakhir, peningkatannya sudah mencapai 72,25%.

Ekspektasi publik terhadap kinerja BIRD seperti melonjak drastis dalam waktu yang sangat singkat. Ada apa? 

Tampaknya ada beberapa sentimen yang mempengaruhi peningkatan ekspektasi investor terhadap pemulihan kinerja BIRD di masa mendatang sehingga sahamnya terapresiasi. Mari kita ulas satu per satu.

Kinerja Keuangan Masih Tertekan, Tetapi Mulai Membaik

Kondisi keuangan BIRD masih cukup stabil hingga September 2020. Kondisi aset perusahaan masih relatif stabil, sedangkan kas dan setara kas justru meningkat. Sementara itu, jumlah beban atau liabilitas BIRD pun jauh lebih rendah dibandingkan dengan modal atau ekuitasnya, sehingga secara umum neraca keuangan BIRD tergolong stabil.

Berikut ini kondisi neraca keuangan BIRD per September 2020 (dalam Rp miliar):

Meskipun demikian, BIRD memang mengalami tekanan dari sisi kinerja pendapatan dan labanya. Wajar saja, pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan aktivitas transportasi menurun drastis.

Berikut ini kinerja keuangan BIRD per September 2020 (dalam Rp miliar):

Dari data tersebut terlihat bahwa pendapatan BIRD turun sangat dalam sepanjang 9 bulan tahun ini. Selama 9 bulan tahun ini, BIRD hanya mampu mengumpulkan pendapatan sebesar separuh dari pendapatan tahun lalu.

Meskipun pada saat yang sama beban langsung BIRD juga menurun, tetapi hal itu tidak cukup untuk mencegahnya dari kerugian. Kerugian BIRD cukup besar tahun ini, padahal sebelumnya BIRD masih mampu tetap membukukan keuntungan meskipun di tengah tekanan ekonomi.

Kinerja BIRD paling tertekan sepanjang kuartal II/2020, atau periode April-Juni 2020. Pasalnya, pada saat itulah PSBB mulai diberlakukan. Akan tetapi, memasuki kuartal III/2020, kinerja BIRD mulai membaik. 

Berikut ini kinerja tiga bulanan BIRD dalam tiga kuartal terakhir (dalam Rp miliar):

Dari data ini, terlihat bahwa pada kuartal III/2020, secara umum kinerja keuangan BIRD sudah membaik. Pendapatan neto-nya sudah meningkat 51% dibandingkan capaian kuartal II/2020 (quarter to quarter/qtq), terutama disumbangkan oleh pendapatan taksi yang naik 72% qtq.

Selain itu, ruginya juga sudah jauh berkurang, dari semula Rp107 miliar pada kuartal II/2020, menjadi tinggal Rp62 miliar pada kuartal III/2020, atau turun 42 qtq.

Manajemen perusahaan pun dalam beberapa kesempatan mengungkapkan bahwa BIRD optismistis pada kuartal IV/2020 perusahaan akan kembali membukukan laba, meskipun mungkin belum sampai mampu menutupi kerugian yang terjadi pada dua kuartal sebelumnya.

Alhasil, sahamnya pun terapresiasi cukup tinggi akhir-akhir ini. Kenaikan harga saham BIRD hingga 72,25% dalam 3 bulan terakhir akan terasa wajar, jika menimbang sepanjang tahun ini saham BIRD sudah anjlok cukup dalam.

Bahkan, kenaikan hingga 72,25% dalam 3 bulan itu belum cukup untuk mendorong saham BIRD kembali seperti level sebelum pandemi. Saham BIRD masih tercatat turun 33,94% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019 (year to date/ytd).

Prospek Kerja Sama dengan Paxel

Sentimen lain yang tampaknya juga menjadi pendongkrak kinerja saham BIRD adalah pengumuman kerja sama BIRD dengan perusahaan layanan pengiriman barang, yakni Paxel. Keduanya bekerja sama di bidang jasa pengantaran barang di hari yang sama (same day delivery service).

Pengumuman tersebut disampaikan pada 2 Desember 2020 melalui keterangan resmi BIRD. Layanan yang bernama PaxelBig itu merupakan layanan pengantaran paket pada hari yang sama dengan berat hingga 20 kg.

Pada hari pengumuman tersebut, saham BIRD naik 4,29% ke level Rp1.215 per saham. Dua hari berturut-turut setelahnya, saham BIRD melonjak masing-masing 10,7% dan 10,04% ke level Rp1.480 per saham.

Layanan ini disambut baik oleh investor sebab digadang-gadang mampu menjawab kebutuhan konkret pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tengah pandemi. Pengantaran logistik menjadi andalan masyarakat di tengah kondisi pandemi yang masih membatasi aktivitas fisik.
PaxelBig memberikan layanan inovatif sebab menyediakan jasa pengantaran paket di hari yang sama dengan berat yang cukup tinggi.

Sebenarnya, Paxel sudah menjalankan bisnis itu selama 3 tahun dan terbukti banyak diminati oleh pelaku UMKM. Namun, selama ini layanan Paxel terbatas untuk berat maksimal hanya 5 kg. Kerja sama dengan Blue Bird memungkinkan Paxel mengantar barang dengan bobot lebih berat.

Hal ini menjadi langkah yang strategis mengingat kebutuhan layanan pengantaran barang justru makin meningkat dengan produk yang makin beragam. Apalagi, kerja sama ini memungkinkan layanan ini bisa diberikan dengan harga yang relatif lebih terjangkau.

Manajemen Paxel mengklaim bahwa selama ini butuh waktu 4-6 hari jika ingin mengantar paket yang berat dengan harga yang murah. Jika ingin pengiriman instan dalam sehari, harganya tentu lebih mahal, atau beratnya harus diturunkan.

Melalui kerja sama PaxelBig, UMKM bisa menikmati jasa pengantaran instan di hari yang sama dengan harga lebih terjangkau untuk berat yang lebih tinggi. Terobosan ini tentu saja menarik. Wajar jika investor lalu mengapresiasi saham BIRD.

Pengaruh Gojek

Sentimen lain yang tampaknya juga turut mempengaruhi kepercayaan investor terhadap BIRD adalah adanya Gojek sebagai salah satu pemegang sahamnya sekaligus mitra strategis BIRD. Masuknya Gojek ke dalam daftar pemegang saham BIRD dikonfirmasi oleh manajemen BIRD pada Februari 2020.

Gojek membeli saham BIRD di harga Rp3.800 dari pemegang saham pengendali utama BIRD, yakni PT Pusaka Citra Djokosoetono (PCD) sebanyak 4,33%. Alhasil, kepemilikan PCD pada BIRD turun dari semula 35,84% menjadi tinggal 31,51%.

Ada beberapa langkah bisnis strategis menyusul pembelian saham tersebut. Di antaranya yakni dimungkinkannya integrasi kode QRIS melalui Gopay sebagai salah satu metode pembayaran taksi Blue Bird.

Nah, sepanjang tahun ini, Gojek banyak menjadi sorotan akibat berbagai manuver bisnis, entah yang benar-benar dilakukan Gojek maupun yang diisukan terhadap Gojek. Termasuk di antaranya yakni konsolidasi Gojek dan Grab, suntikan modal oleh Telkom, serta akuisisi Gojek atas saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO).

Tampaknya, sentimen positif dari aksi korporasi yang dijalankan Gojek turut berimbas pada BIRD selaku bagian dari ekosistem Gojek. Lagi pula, selama ini armada taksi Blue Bird memang sudah bisa dipesan melalui aplikasi Gojek sehingga hubungan bisnis keduanya sudah sangat erat.

Gojek sendiri belum menjadi perusahaan terbuka atau belum melepaskan sahamnya kepada investor publik di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, mungkin saja sentimen positif yang terjadi pada Gojek akan terefleksi pada saham BIRD sebagai satu-satunya emiten di BEI yang kini dimiliki Gojek.

Masih Adakah Peluang Kenaikan Lanjutan Saham BIRD?

Secara umum, pasar modal saat ini sedang dalam tren yang terus membaik dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, sangat mungkin saham BIRD pun akan melanjutkan penguatannya mengikuti arus pasar.

Selain itu, jika BIRD terbukti mampu membukukan kinerja keuangan yang makin membaik pada kuartal IV/2020, prospek BIRD tentu akan makin menjanjikan di masa mendatang, sebab perusahaan kini memiliki pengalaman yang lebih kuat dalam menghadapi situasi krisis.

Adanya kerja sama dengan Paxel membuka peluang sumber pendapatan yang lebih besar di masa mendatang, apalagi kebutuhan logistik memang sudah menjadi kebutuhan utama di tengah era digital saat ini. 

Hal-hal ini mungkin saja akan terus mendorong kenaikan harga saham BIRD di masa mendatang, asalkan tidak ada kondisi buruk baru lagi dalam perkembangan ekonomi di masa mendatang.