Hal Paling Sulit Dilakukan Bagi Investor Saham

Date:

Pada saat pertama kali Big Alpha berdiri, waktu itu kami berpikir bahwa tantangan terbesar dalam mengedukasi masyarakat Indonesia untuk berinvestasi saham adalah masalah teknikal saham itu sendiri.

Pada awalnya, muncul keraguan bahwa akan sulit sekali mengajarkan ‘apa itu saham’ dan ‘bagaimana cara berinvestasi saham’ kepada masyarakat di Indonesia. Ada ketakutan bahwa penjelasan yang kami berikan tidak dapat dimengerti dan dicerna secara mudah, apalagi untuk orang-orang yang tidak memiliki background pendidikan yang sesuai.

Oleh karena itu, dari awal kami berkomitmen untuk menulis setiap artikel atau analisa saham yang kami keluarkan dengan bahasa yang sederhana, agar bisa dimengerti bahkan oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan finansial sebelumnya.

Tapi setelah hampir satu tahun Big Alpha Indonesia berdiri, kami ternyata salah. Ada hal lain yang lebih sulit kami ajarkan kepada investor pemula pasar saham Indonesia yang luput dari perhatian.

Hal yang meskipun telah berulang kami kami tulis dan kami bahas di channel Telegram, kami masih saja menerima e-mail bernada sama.

Sulit sekali mengajarkan investor pemula untuk: mengendalikan emosi.

Hingga sekarang, kami masih saja menerima e-mail yang bertanya ‘apakah sebaiknya saham yang mereka pegang dijual karena dalam posisi negatif’ atau istilahnya cutloss.

E-mail seperti ini frekuensinya menjadi semakin banyak ketika IHSG sedang dilanda aksi jual yang masif. Maka bisa dipastikan, akan ada e-mail yang masuk ke kami meminta saran untuk cutloss.

But wait,

Hal yang pertama yang perlu kami jelaskan di sini adalah, cutloss bukanlah hal yang haram dilakukan. Cutloss merupakan salah satu strategi money management yang seorang investor bisa lakukan. Sama seperti membeli saham, proses menjual saham menjadi hak penuh dari masing-masing investor.

Bahkan untuk seorang trader saham, cutloss malah suatu hal yang lazim digunakan.

Jadi, cutloss itu hukumnya boleh-boleh saja. Tapi pertanyaaan utama yang kami tanyakan kepada orang-orang yang ingin cutloss adalah : KENAPA?

Kalau cutloss dilakukan hanya karena sahamnya sedang turun, maka semua saham pasti harganya akan turun (eventually). Lagipula, jika anda memutuskan untuk menjual saham hanya karena harganya sedang turun, anda bukanlah seorang investor melainkan seorang trader. Trader menggunakan tren dan pergerakan jangka pendek sebagai alasan untuk membeli atau menjual saham.

Seorang investor, punya alasan yang jelas kenapa dia memutuskan untuk menjual saham. Dan biasanya, alasannya karena aspek fundamental.

Untuk lebih mengerti maksud dari tulisan ini, kita ambil satu contoh yang sedang hangat: perusahaan-perusahaan pertambangan batubara.

Belakangan, saham perusahaan-perusahaan batubara sedang turun jauh dalam beberapa hari terakhir. Dikarenakan munculnya kebijakan pengetatan impor batubara di beberapa propinsi di Cina. Tidak seluruh Cina, tapi hanya beberapa pelabuhan (port) di beberapa propinsi saja. Akibatnya, harga batubara dunia turun dari level $100 per metric ton. Harga saham-saham batubara di Indonesia pun ikut terkoreksi cukup dalam merespon hal ini.

Dan benar saja, kami langsung menerima beberapa e-mail yang meminta saran untuk cutloss saham-saham batubara seperti ADRO atau INDY.

Pertanyaan paling dasarnya tentu saja, sejauh mana efek kebijakan ini nantinya berpengaruh terhadap kinerja mereka? Kenapa ingin cutloss?

Untuk ADRO sendiri misalnya, porsi ekspor mereka ke Cina hanya sekitar 10%. Manajemen ADRO sudah mengatakan bahwa kebijakan ini minimal sekali dampaknya terhadap kinerja ADRO. Pun kebijakan ini sendiri tidak akan berlangsung lama karena diproyeksikan hanya berlaku hingga Februari 2019 nanti.

Untuk INDY, yang merupakan sebuah perusahaan holding yang tidak hanya bergerak di bidang pertambangan batubara saja, saat ini EPS disetahunkannya sudah sekitar Rp400-450 per lembar saham. Jika 50% dari laba bersihnya itu nanti dibagikan sebagai dividen, maka dividen per lembar sahamnya sudah Rp200-225 atau sekitar 10% dari harga lembar sahamnya sekarang.

Kalau anda benar-benar ingin menjual, kenapa tidak menunggu momentum pembagian dividen yang sering kali mengerek harga sahamnya? Atau tunggu pembagian dividennya sekalian.

Ketika anda buru-buru ingin menjual, tanpa ada alasan yang jelas, ketika pasar sedang turun, maka yang anda lakukan namanya panic selling.

Hal-hal seperti pembagian dividen, laba bersih, porsi ekspor adalah hal-hal nyata yang bisa kita analisa sebagai alasan membeli atau menjual suatu saham. Bukan hanya karena berita yang baru muncul beberapa hari terakhir.

Berita-berita yang mempengaruhi harga saham seperti ini akan selalu ada.

Tidak hanya untuk saham batubara yang sedang kita bahas, melainkan semua jenis saham yang ada di bursa. Selalu akan ada rumor atau berita keluar, yang terkadang sama sekali tidak berpengaruh terhadap kinerja fundamental suatu perusahaan.

Lucunya, beberapa e-mail yang masuk bahkan mengaitkan berita ini ke level keselamatan tambang, konspirasi pemerintah Cina dan proyeksi harga batubara dunia ke depannya.

Dan jujur, kami tidak memiliki semua jawaban untuk itu.

Akan ada keterbatasan kami (sebuah research firm kecil di Indonesia) untuk mengakses kebijakan pemerintah Cina, apalagi berteori aneh-aneh terhadap kebijakan sebuah pemerintahan asing yang berdaulat di seberang samudera sana.

Dalam kasus kebijakan pengetatan impor batubara Cina ini, efeknya baru akan terasa dan terlihat nanti ketika emiten-emiten pertambangan batubara di Indonesia merilis laporan keuangan terbaru mereka. Dari sana bisa kita lihat sejauh mana efek suatu berita dan bagaimana strategi manajemen perusahaan untuk mengantisipasi (kalau ada) efeknya.

Itu hal yang bisa dilakukan oleh investor yang rasional.

Dan khusus untuk perusahaan-perusahaan batubara, kami selalu menulis strategi diversifikasi usaha yang berusaha dilakukan manajemen sebagai langkah antisipasi jika harga batubara dunia kembali turun. Bagian itu dibaca juga kan?

Semua rasio-rasio keuangan dan kinerja fundamental perusahaan menjadi tidak berarti ketika timeframe seorang investor terlalu pendek, hanya dalam tempo 1 kuartal atau bahkan kurang. Karena dalam timeframe yang pendek, semua hanya masalah supply demand saja. Yang mana yang lebih kuat, akan mempengaruhi naik/turunnya harga saham.

Sebagai investor retail, kita punya keleluasaan berinvestasi karena memiliki timeframe yang panjang.

Berbeda dengan fund manager yang punya target return bulanan atau bahkan harian. Mereka akan lebih sensitif terhadap rumor karena itu akan mempengaruhi dana kelolaan mereka. Oleh karena itu, momentum-momentum seperti ini harusnya menjadi peluang bagi kita.

Untuk itu, kami berikan beberapa tips untuk anda belajar mengendalikan emosi dalam berinvestasi saham.

  1. Identifikasi diri anda. Apakah anda seorang trader? Atau seorang investor?
  2. Tau alasan kenapa anda beli saham tersebut. Anda tau perusahaannya, kinerjanya, mereknya, dll. Jadi anda tidak membeli kucing dalam karung.
  3. Tetap rasional, ingat kembali alasan kenapa anda membeli saham tersebut. Apakah alasan itu sudah berubah?
  4. Pahami bedanya realized loss dan unrealized loss. Semua kerugian yang anda terima statusnya hanya di atas kertas (unrealized loss) sampai anda benar-benar menjualnya.
  5. Jangan amati bursa tiap hari. Jika anda tidak berniat membeli saham lagi, tutup aplikasi sekuritas anda. Tidak ada gunanya melihat chart setiap hari.
  6. Pahami bahwa waktu adalah teman terbaik seorang investor.

 

Seorang ekonom pemenang Nobel pernah bilang seperti ini : “Investing should be more like watching paint dry or watching grass grow. If you want excitement, take $800 and go to Las Vegas.” 

So, what are you doing right now? Investing? Or gambling?