Kebijakan DMO Akan Dicabut?

Date:

 

Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) batubara benar-benar menjadi buah simalakama bagi pemerintah Indonesia. Beberapa hari yang lalu, muncul kabar kalau kebijakan DMO ini akan dicabut pemerintah. Sontak, harga saham-saham batubara melonjak tinggi menyambut kabar ini.

Tapi hari ini (31 Juli 2018), Presiden Jokowi secara resmi batal mencabut kebijakan ini. Akhirnya, saham-saham batubara pun kembali berguguran.

Sebenarnya apa sih kebijakan DMO ini? Lalu bagaimana harusnya investor bersikap menghadapi peraturan ini?

Kita kembali ke peraturan teknis DMO itu sendiri.

Awalnya, kebijakan DMO diresmikan sebagai bentuk proteksi pemerintah kepada PLN menghadapi trend naiknya harga jual acuan batubara dunia yang kini sudah menembus $100 per metric ton

Perusahaan-perusahaan batubara lokal diberikan kuota untuk menjual batubara mereka ke PLN (yang merupakan konsumen terbesar batubara domestik) dengan batas harga yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Harga batas atas DMO yang ditetapkan pemerintah adalah $70 per metric ton.

Hal ini dilakukan agar melindungi PLN dari risiko kerugian karena meningkatnya harga jual batubara yang merupakan bahan baku utama pembangkit listrik mereka. Karena jika tidak dilindungi, PLN terpaksa menaikkan tarif listrik kepada rakyat agar tetap bisa bertahan.

Suatu hal politis yang tentu saja dihindari Presiden Jokowi yang akan bertarung mencari periode kedua di pemilu tahun depan.

Sebenarnya, kebijakan DMO ini juga bisa berfungsi sebagai proteksi terhadap perusahaan-perusahaan batubara lokal ketika harga batubara sedang rendah. Secara teori, perusahaan-perusahaan batubara tetap bisa menjual batubara seharga $70 per metric ton meskipun harga jual acuan berada dibawahnya.

Namun apa yang terjadi malah sebaliknya, harga jual acuan batubara terus mendaki selama dua tahun terakhir, yang menyebabkan kebijakan DMO ini justru menjadi pemberat langkah emiten-emiten batubara.

Ketika harga di luar sedang bagus, mereka terpaksa menjual batubara dengan harga lebih rendah di pasar domestik.

Pemerintah pun akhirnya menyadari hal ini.

Situasi naiknya suku bunga di US membuat dolar ‘pulang kampung’, yang menyebabkan stock dolar berkurang di dalam negeri dan membuatnya terasa lebih mahal terhadap rupiah.

Rupiah yang terus melemah (yang tentu juga bisa digoreng menjadi isu politik) membuat pemerintah memutar otak untuk kembali mendatangkan dolar.

Presiden Jokowi sudah terang-terangan menyatakan kalau Indonesia sekarang butuh dolar. Beberapa langkah sudah dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia untuk menarik dolar kembali ke Indonesia. Suku bunga acuan sudah dinaikkan yang bertujuan membuat bunga investasi dalam negeri bisa bersaing, yang diharapkan membuat investor asing tertarik untuk kembali masuk.

Langkah lain yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan mengetatkan pelaksanaan impor dan mengencangkan arus ekspor. Dan saat ini, cara paling mudah yang bisa dilakukan adalah dengan menggalakkan ekspor komoditas unggulan Indonesia yang harganya sedang bagus di pasar luar yakni ekspor batubara.

Ekspor batubara yg dilakukan dalam dolar, akan memperbanyak supply dolar dalam negeri, yang ujungnya akan menaikkan nilai tukar rupiah.

Maka dengan alasan itulah, akhirnya muncul berita kalau kebijakan DMO akan kembali dikaji ulang. Meskipun akhirnya batal, kebijakan DMO ini memang membuat strategi investasi di perusahaan-perusahaan batubara menjadi lebih rumit.

Kami di BigAlpha berpendapat sektor ini masih atraktif dengan beberapa alasan yang sudah kami jabarkan di tulisan ini. Selama harga jual batubara dunia masih bagus, maka emiten-emiten batubara masih akan terus mencetak laba.

Dan hal itu tentu akan berpengaruh kepada harga sahamnya. Karena kami percaya, secara jangka panjang, harga saham akan bergerak sesuai dengan kondisi fundamental perusahaannya.

Lalu sekarang kita harus bagaimana?

Mengingat kebijakan DMO ini batal dicabut, hal yang bisa dilakukan investor yang tertarik untuk berinvestasi di saham batubara adalah dengan mempelajar emiten yang penjualannya mayoritas untuk ekspor.

Karena tidak semua emiten batubara diwajibkan untuk memenuhi kewajiban domestik dan terpengaruh kebijakan DMO, mengingat jenis batubara yang mereka hasilkan berbeda-beda yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan PLN.

Ada beberapa emiten yang produksi mereka mayoritas berorientasi ekspor bahkan hingga 100%.

Jadikan sentimen pembatalan DMO ini menjadi momen membeli untuk saham-saham yang sebenarnya tidak terlalu terkena dampak oleh kebijakan ini.

Maka dari itu, tetap tenang dan tetap rasional. Do your homework, and find those stocks!