Kisah Bos Samator Arief Harsono, Si Raja Gas Indonesia

Date:

Nama Arief Harsono banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Sosok pendiri Grup Samator ini tutup usia pada Jumat, 2 Juli 2021 lalu akibat terpapar Covid-19. Arief memiliki peran besar di balik berkembangnya industri gas nasional. Grup perusahaan yang dinaunginya, Samator, sekaligus menjadi produsen oksigen medis terbesar nasional.

Perlu diingat bahwa oksigen medis menjadi barang yang paling dicari dalam satu bulan terakhir. Peningkatan kasus Covid-19 membuat semakin banyak pasien dengan gejala sedang-berat yang membutuhkan bantuan alat napas atau oksigen tabung. 

Namun Tuhan berkehendak lain, di tengah peran perusahaan yang semakin menonjol untuk memasok oksigen bagi pasien Covid-19, Arief Harsono justru wafat dengan diagnosis terpapar Covid-19. 

Lantas seperti apa kisah Arief Harsono? Apa saja perjalanan hidupnya yang bisa kita jadikan pelajaran? Big Alpha merangkumnya untuk kamu. 

1. Membantu ayah berdagang kopra

Meski Arief Harsono lahir di Toli-toli, Sulawesi Tengah, di tengah keluarga yang berkecukupan, namun ini tak membuat hidupnya tanpa perjuangan. Sejak muda, jiwa bisnis Arief sudah ditempa dengan membantu sang ayah berdagang kopra di Poso, Sulawesi Tengah. Kegigihan Arief terlihat saat dirinya lulus SMA. 

Ada percakapan menarik yang dikutip Big Alpha dari kanal Youtube DI's way, wawancara antara Dahlan Iskan dan Arief Harsono. Sang ayah, ujar Arief, sempat menanyakan kepadanya pilihan antara kuliah atau bekerja. Ternyata, Arief tak masalah jika diminta bekerja. Tapi syaratnya satu: Arief hanya mau bekerja di daerah yang tidak ada sanak saudara. 

Saat ditanya alasan di balik permintaannya itu, Arif berkata, " Biar besok nggak diklaim sukses karena famili. Jawaban saya begitu."

Ternyata pilihan untuk bekerja memang tidak salah. Bermodal Rp 30 ribu dari ayahnya saat itu, Arief memulai usaha di Poso dengan mencari kopra. Produk kopra ini lantas dijualnya ke Surabaya. 

Arief pun mengaku mulai memahami seluk bisnis saat mulai menjalankan usahanya di Poso. Dengan mengambil untung dari berjualan kopra, Arief pun berhasil membeli sebuah mobil baru untuk fasilitas bisnisnya.

Bisnis Arief memang bertambah besar setelah itu. Namun, Ada satu insiden yang membuat Arief kapok bolak-balik mengantar kopra dengan kapal. Kembali dari Una-Una, dirinya sempat jatuh ke laut. Ia pun trauma. 

2. Asal mula ide bisnis gas

Karena trauma jatuh ke laut, Arief banting setir ke usaha lain. Arief mengaku sempat berkunjung ke tempat temannya di Samarinda, Kalimantan Timur. Di sana, kawannya itu memiliki sebuah bengkel mobil. Ada hal baru yang menarik perhatiannya. 

Arief melihat tukang yang sedang mengelas. Anehnya, pikir Arief saat itu, si tukang mengelas tanpa karbit. Dia pun bertanya kepada tukang las alasan di balik mengelas tanpa karbit. 

"Orang asing tidak suka bau karbit," kata tukang las saat ditanya Arief. 

Pengetahuan baru yang diperolehnya ini lah yang mencetuskan ide untuk memulai bisnis gas. Dari si tukang las, Arief mendapat informasi bahwa gas untuk mengelas itu didapat dari impor. Ia pun berpikir cepat, ada peluang bisnis baru yaitu memproduksi gas bahan las di dalam negeri. 

Beruntung, Arief memiliki modal, meski tidak cukup. Ia pun mengajak kawan-kawannya untuk patungan modal. Sayangnya, masih saja tidak cukup. Jalan terakhir yang ditempuh adalah mengajukan pinjaman ke bank. 

Arief mengaku sempat meminta izin kepada sang ayah untuk memulai bisnis barunya. Restu pun didapat, namun sang ayah mewanti-wanti agar segala risiko usahanya ditanggung sendiri. Ayah Arief tetap memilih bertahan dengan berdagang. 

3. Mendirikan pabrik di Surabaya

Pabrik gas pertama yang didirikan Arief berada di Surabaya pada 1975. Tapi namanya bisnis awal-awal, tidak semua lancar. Ia mengaku sempat kesulitan di periode awal menjalankan bisnis. Teman-temannya sempat angkat tangan dan meminta modal dikembalikan. 

Namun dengan berjalan sendirian, bisnis Arief justru berkembang. Luas pabrik yang awalnya 2 hektare menjadi 20 hektare. Pabrik yang ia namai 'Samator', singkatan dari Samarinda-Toraja, pun bertransformasi menjadi produsen gas industri dan medis terbesar di Indonesia. 

4. Akuisisi seluruh saham PT Aneka Gas Industri

Perjalanan bisnis Samator sangat pesat. Pada 2004, perusahaan yang dikembangkan Arief ini mengakuisisi seluruh saham PT Aneka Gas Industri yang sebelumnya menjadi pesaing Samator di tengah industri gas nasional. 

5. Di akhir hayatnya, berupaya mencukupi kebutuhan oksigen untuk pasien Covid-19

Di tengah lonjakan kasus Covid-19, Arief Harsono sempat menyampaikan usahanya untuk mencukupi pasokan oksigen medis di Indonesia. Samator sudah memperhitungkan bahwa permintaan oksigen akan melonjak pada Juli 2021 ini. Karenanya, sebelum terpapar Covid-19, Arief sempat berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terkait kecukupan oksigen