Mal Dibuka Lagi, Saham Sektor Apa yang Terdampak?

Date:

Sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta rencananya akan kembali dibuka pada 5 Juni 2020 seiring berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 4 Juni 2020.

Rencana itu disampaikan oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Dewan Pengurus Daerah (DPD) DKI Jakarta seperti dikutip oleh sejumlah media massa.

Pusat perbelanjaan tersebut akan dibuka secara bertahap mulai 5-8 Juni 2020. Hal itu diatur berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 489 tahun 2020. 

Di samping itu, Presiden Joko Widodo juga dijadwalkan akan meninjau pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat pada Selasa, 26 Mei 2020 untuk memeriksa kesiapan penerapan prosedur standar normal baru di sarana perniagaan..

Penutupan pusat perbelanjaan karena corona berpengaruh terhadap sejumlah sektor. Berbagai data menunjukkan lesunya penjualan ritel setelah kemunculan corona.

Data Ritel

Dalam Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia memperkirakan penjualan eceran pada awal kuartal II atau April 2020 akan semakin terkontraksi atau melanjutkan penurunan pada kuartal I/2020.

Indeks Penjualan Rill (IPR) diperkirakan turun 11,8% secara year on year dan terjadi di seluruh komoditas yang disurvei. Penurunan terdalam terjadi di subkelompok sandang yang diperkirakan turun 67,5%.

Pada Maret 2020, IPR turun 4,5% atau lebih rendah dibandingkan dengan 0,8% Februari 2020. Penurunan bersumber dari kontraksi penjualan yang terjadi hampir di seluruh kelompok kecuali makanan, minuman dan tembakau.

Data lainnya, Google Mobility Report, menunjukkan tren mobilitas masyarakat Indonesia ke tempat seperti restoran, kafe, pusat perbelanjaan dan sebagainya turun sebesar 48% dari tingkat normalnya per 8 Mei 2020. Google menggunakan aplikasi peta miliknya, Google Maps, untuk merekam data tersebut.

Sebaliknya, tren mobilitas ke tempat tinggal (residences) meningkat hingga 17% dibandingkan dengan tingkat normalnya. Google juga merekam data tren mobilitas ke kantor, taman, stasiun transit, tempat grosir dan sebagainya yang juga mengalami penurunan.

Seperti diketahui, sejumlah perusahaan ritel menutup gerainya sejak munculnya wabah virus corona di Indonesia pada Maret 2020. Penutupan gerai itu dilakukan sebagai bagian dari upaya penyebaran virus corona.

Sejumlah perusahaan bahkan terpaksa merumahkan dan memberhentikan pegawainya karena penutupan sementara tersebut. Kebijakan itu diambil oleh manajemen karena penjualan perusahaan mengalami penurunan drastis akibat corona.

Saham

Rencana pembukaan kembali berbagai pusat perbelanjaan tersebut berpotensi mempengaruhi kinerja perusahaan dari sejumlah sektor. Setidaknya, saham dari sektor ritel dan properti berpotensi terkena dampak.

Di sektor ritel, perusahaan seperti PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.(RALS) atau PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) adalah perusahaan yang menutup gerainya sementara di berbagai daerah karena virus corona.

Di hari pertama perdagangan setelah Lebaran pada Selasa, 26 Mei 2020, saham LPPF, ACES dan RALS menghijau pada sesi pertama. LPPF menguat lebih dari 10,33%, ACES 4,21% dan RALS 3,42%. 

Sementara itu, sektor properti juga berpotensi terkena dampak dari pembukaan kembali mal khususnya perusahaan yang mengelola pusat perbelanjaan.

Mereka antara lain PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Di hari pertama perdagangan setelah Lebaran pada Selasa, 26 Mei 2020, saham PWON menguat 4,71%, APLN 4,21%, SMRA 2,87% dan PLIN 2,8%.

Pada saat PSBB, sejumlah pusat perbelanjaan membuat kebijakan penundaan atau keringanan pembayaran biaya sewa dari para penyewa. Secara teoritis, situasi itu akan berdampak terhadap arus kas dan pendapatan perusahaan pengelola mal.

 

 

Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.