Saham Jasa Marga (JSMR) di Tengah Larangan Mudik

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Pada Lebaran 2020, pemerintah melarang masyarakat mudik (pulang ke kampung halaman) sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran virus corona.

Dengan larangan tersebut, kemungkinan besar tidak ada berita mengenai kemacetan di gerbang jalan tol akibat padatnya lalu lintas mudik. Dari tahun ke tahun, berita tersebut menghiasi sebagian besar media di Indonesia.

Sepinya jalan tol tersebut sangat mungkin akan mempengaruhi kinerja keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk., perusahaan milik negara yang mengelola sebagian besar jalan tol di Indonesia.

Melalui pernyataan resminya, manajemen Jasa Marga juga menyatakan telah melakukan "pengendalian transportasi" sebagai bagian dari dukungan terhadap program pemerintah terkait larangan mudik.

Sebelum ada larangan mudik, Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) Jasa Marga turun 35% setelah pemerintah menyerukan anjuran bekerja dari rumah (WFH). Dalam berbagai situasi ini, bagaimana pergerakan saham JSMR merespon kebijakan yang kemungkinan berpengaruh terhadap pendapatan perseroan tersebut?

Saham JSMR

Sama seperti sebagian besar saham lain di Bursa Efek Indonesia, JSMR sempat terperosok dalam pada akhir Maret 2020 ketika IHSG terpelanting hingga ke bawah level 4.000 seiring kepanikan investor seluruh dunia akibat corona.

Dibandingkan dengan awal tahun, saham JSMR bahkan terkoreksi lebih dari 50% pada saat itu. Pada akhir Maret 2020, JSMR sempat menyentuh level Rp2.000an atau level terendah dalam 8 tahun terakhir.

Sebulan kemudian, pada akhir April 2020, ada dua informasi yang berpotensi menjadi sentimen bagi Jasa Marga. Pertama, pemerintah merilis Peratuan Menteri Perhubungan Nomor 25/2020 tentang Pengendalian Transportasi selama Masa Mudik Idulfitri 1441 Hijriyah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Kedua, revisi outlook Jasa Marga menjadi negatif oleh lebaga pemeringkat S&P Global Ratings. Revisi tersebut sejalan dengan revisi outlook Indonesia dari stabil menjadi negatif. 

Dalam laporan itu, S&P mengkhawatirkan likuiditas Jasa Marga di tengah pandemi virus corona. S&P melakukan pemeringkatan mengingat Jasa Marga memiliki obligasi global yang akan jatuh tempo pada akhir 2020.

Uniknya, setelah keluarnya laporan S&P dan peraturan pemerintah soal larangan mudik, saham JSMR justru berada dalam tren peningkatan. Dalam sepekan terakhir hingga Jumat, 8 Mei 2020, saham JSMR telah melesat hingga 27%.

Pergerakan JSMR

Sumber: RTI, diakses pukul 10.15 WIB, 11 Mei 2020.

Belum diketahui dengan pasti faktor peningkatan saham JSMR dalam sepekan terakhir tersebut di tengah larangan mudik oleh pemerintah. Pada saat ini juga belum diketahui kapan Jasa Marga akan membagikan dividen setelah membukukan keuntungan Rp2,2 triliun pada 2019.

Faktor Buyback?

Sebagai pengingat, manajemen Jasa Marga menyatakan akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham JSMR dengan menyiapkan dana hingga Rp500 miliar sebagai respon terhadap pasar saham yang terus turun pada Maret 2020. Pada saat itu, manajemen perusahaan menyatakan penurunan harga saham JSMR tidak mencerminkan kinerja perusahaan.

Aksi buyback itu disebut sebagai bagian dari komitmen Jasa Marga untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan mengembalikan kelebihan arus kas bebas (excess cash flow) kepada para pemegang saham.

Mengutip Bisnis.com, sampai 17 April 2020, Jasa Marga belum merealisasikan rencana buyback tersebut. Dengan demikian, buyback  dilakukan setelah tanggal tersebut. Kendati demikian, sejauh ini juga belum ada pengumuman mengenai realisasi buyback Jasa Marga di laman BEI.

Rencana buyback itu akan dilakukan oleh Jasa Marga dalam kurun waktu 13 Maret sampai 12 Juni 2020. Pada umumnya, buyback saham dilakukan secara bertahap oleh emiten atau tidak dilakukan secara sekaligus. 

Apakah saham JSMR akan "meningkat secara bertahap" hingga 12 Juni 2020 atau justru bergerak ke arah sebaliknya? Menarik untuk memperhatikan pergerakan saham pelat merah ini dalam beberapa pekan ke depan.

 


Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.