Mohnish Pabrai - When The Market Is Confused

Date:

Mohnish Pabrai, salah satu value investor terkemuka di dunia dengan Pabrai Fund-nya, pernah berbagi cara bagaimana menemukan sebuah saham yang berpotensi naik 10-100 kali lipat (atau bahasanya 10-100 baggers). 

Di beberapa videonya, Pabrai membagi saham-saham yang memiliki potensi 10-100 baggers ke dalam beberapa kategori. Kalian bisa mencari videonya dengan judul “The Quest for Multibaggers”.

Di dalam e-book edisi Ramadan ini, kita tidak akan membahas semua kategori yang Pabrai jabarkan. Mayoritas analisa yang akan kita gunakan dalam e-book kali ini hanya satu pendekatan yang Pabrai utarakan yaitu “When The Market is Confused between Risks and Uncertainties.” 

Dalam dunia keuangan, konsep yang dijabarkan Pabrai di atas tadi berbasis asset-based valuation. Pabrai mengakui, selama hampir 30 tahun di dunia investasi, kategori inilah yang paling sering muncul di dalam portfolionya.

Pabrai berargumen, ketika pasar sedang bingung dan tidak bisa membedakan antara risiko dan ketidakpastian, maka kondisi itu akan menawarkan peluang untuk membeli saham dengan potensi kenaikan yang lumayan besar. 

Pabrai menggunakan pengalamannya sendiri ketika membeli sebuah perusahaan produsen pipa baja berbasis di Canada bernama IPSCO.  

IPSCO memproduksi lempengan (plate steel) dan pipa baja (tubular steel) yang banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan migas sebagai bahan baku utama untuk membuat pipa transportasi minyak di Amerika Utara. 

Ketika Pabrai menemukan IPSCO dalam radarnya, IPSCO memiliki kondisi finansial sebagai berikut: 

  • Di harga $45 per lembar, market cap IPSCO sebesar $2,5 miliar.
  • IPSCO memiliki cash sebanyak $900 juta di bukunya
  • Tidak ada utang berbunga (debt free). 

Karena nature dari perusahaan baja memiliki kapasitas produksi yang terbatas, IPSCO memiliki backlog dari produksi mereka. Pipa baja yang mereka hasilkan tidak bisa memenuhi volume permintaan pelanggannya. Tapi karena para pelanggannya ingin memiliki kepastian harga, kuantitas, dan delivery, mereka rela meneken kontrak jangka panjang dengan IPSCO. 

Karena backlog inilah, manajemen IPSCO bisa memprediksi dengan cukup akurat earning mereka dalam beberapa tahun ke depan. Dengan kontrak yang sudah di tangan, mereka bisa mengklaim dalam dua tahun ke depan, earning yang dihasilkan IPSCO adalah sebesar $650 juta per tahun. 

Pabrai lalu berargumen, jika cash yang mereka miliki saat ini adalah $900 juta, dan earning yang mereka hasilkan selama dua tahun ke depan adalah $1,3 miliar ($650 juta per tahun), maka dari situ saja (total $2,2 miliar) sudah hampir sama dengan harga beli IPSCO saat ini di $2,5 miliar market cap

Berarti hal-hal lain yang mereka miliki –seperti aset, bangunan, inventori, tanah, business process, dan lain sebagainya– bisa dia dapatkan secara gratis.  Dengan kondisi seperti itu, harga saham IPSCO tidak mungkin berada di level yang sama dalam 2 tahun lagi. Namun perlu dicatat juga, dengan nature bisnis baja yang siklikal, bisa saja di tahun ketiga IPSCO tidak lagi mencetak laba atau bahkan merugi.  

“There is no risks, only uncertainties. Let’s see what will happen in 2 years,” ujar Pabrai 

Pabrai merasa bisa mengunci downside investasinya karena harga belinya saat ini akan kurang lebih sama dengan posisi cash IPSCO dalam 2 tahun ke depan. 

“So, let’s grab some popcorn and watch the movie for two years,” lanjutnya. 

Pabrai pun membeli saham IPSCO di harga $45 per lembar. Dia memasukkan 10% dari total dana kelolaannya di IPSCO. 

Di akhir tahun pertama, ternyata manajemen IPSCO kembali mengumumkan kalau mereka bisa yakin mereka akan mendapatkan $650 juta lagi di tahun ketiga. They have the visibility for year 3. 

“Great! $900 million + $350 million + $350 million + $350 million. Now we are above our purchase price!” seru Pabrai. 

Pasar pun merespon berita ini, harga saham IPSCO mulai menanjak naik ke level $70 per lembar. Hampir one bagger bagi Pabrai dalam jangka waktu satu tahun. Tapi tidak ada yang tahu, bagaimana nasib IPSCO di tahun ketiga. Dia masih merasa saham IPSCO undervalued

Pabrai keeps holding the stock. 

Di akhir tahun ke 2, manajemen berhenti memberikan proyeksi earning mereka. Harga saham IPSCO kini berfluktuasi di level $100-$105 per lembar. 

Saat itu, Pabrai mulai berpikir untuk menjual.  

Namun di suatu pagi, harga saham IPSCO melonjak ke $150 per lembar karena muncul sebuah perusahaan Swedia yang berencana untuk mengakuisisi IPSCO. Tanpa menunggu deal tersebut terlaksana, Pabrai menjual IPSCO di level $150an. Cuan hampir 400% dalam jangka waktu kurang lebih dua setengah tahun. 

IPSCO akhirnya berhasil diakuisisi oleh perusahaan Swedia tersebut di harga $160an lalu berubah menjadi sebuah private company. 

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari cerita Mohnish Pabrai tersebut? 

Market kadang menawarkan peluang untuk membeli saham-saham yang secara risiko rendah tapi sedang diselimuti ketidakpastian.  

Market hates uncertainty, but the risk is very low. 

Investor yang bisa memilah dan membedakan antara risiko dan ketidakpastian akan mendapatkan reward yang lumayan apabila berani untuk membeli dan cukup sabar untuk menunggu investasinya berbuah. 

Adakah saham seperti itu di IHSG? Let’s take a look! [BERSAMBUNG KE ARTIKEL BERIKUTNYA..]