Dulu Laris Manis, 4 Usaha Ini Kini Ditinggalkan

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Suatu jenis bisnis biasanya memiliki masa kadaluarsanya. Berdasarkan pengalaman, sejumlah jenis bisnis bersinar di suatu masa, kemudian redup di masa yang lain. Dengan kata lain, prospek bisnis tersebut tidak selalu cerah.

Kondisi itu dialami oleh sejumlah bisnis yang menawarkan produk/jasa tertentu di masa lalu. Karena berbagai faktor, salah satunya perkembangan teknologi, sejumlah jenis produk/jasa terdampak cukup signifikan. Padahal, sekitar 10 atau 20 tahun lalu, bisnis tersebut sangat dibutuhkan masyarakat.

Permintaan terhadap produk/jasa dari bisnis tersebut menurun karena masyarakat konsumen memilih produk/jasa sejenis dalam bentuk lain yang lebih efisien. Produk/jasa dari bisnis tertentu tersebut tidak hilang sepenuhnya, namun keberadaannya tinggal sedikit dan kian berkurang.

Produk/jasa apa saja yang sekitar 10 atau 20 tahun lalu jumlahnya cukup banyak namun kini mulai ditinggalkan? Berikut ini daftarnya:

1. Warnet

Warnet atau warung internet adalah sebuah usaha yang menawarkan jasa penggunaan internet. Pada masa jayanya, keberadaan warnet menjamur di berbagai tempat, terutama di daerah yang dekat dengan lingkungan sekolah atau perguruan tinggi.

Warnet sangat populer pada dekade 2000-an karena akses internet dan perangkat seperti komputer atau laptop masih terbatas dan belum dimiliki oleh banyak orang seperti saat ini. Warnet diandalkan oleh mahasiswa atau pelajar yang ingin mendapatkan informasi dari internet.

Pada masa ini, warnet masih dapat ditemui di berbagai daerah, namun jumlahnya tidak lagi sebanyak di masa lalu. Tanpa harus pergi ke warnet, masyarakat konsumen kini bahkan dapat mengakses internet dari smartphone.

2. Wartel

Wartel atau warung telepon adalah sebuah usaha yang menawarkan jasa telekomunikasi dimana konsumen dapat melakukan panggilan telepon. Sama halnya dengan warnet, keberadaan wartel menjamur di banyak tempat pada dekade 1990an-2000an.

Keberadaan wartel cukup marak di masa lalu karena telepon selular dan pulsa masih merupakan barang langka. Kepemilikan perangkat telekomunikasi itu belum sebanyak pada saat ini. Keberadaan wartel menghilang seiring maraknya kepemilikan telepon selular.

3. Persewaan VCD/DVD

Sebelum era menonton film dengan cara streaming seperti saat ini, konsumen menonton film menggunakan keping cakram VCD/DVD yang diputar dengan perangkat khusus seperti VCD player atau komputer. Pada saat itu, harga VCD asli tidaklah murah bagi sebagian orang.

Kondisi itu menjadi peluang usaha bagi sebagian pemilik usaha dengan cara menyewakan VCD/DVD, baik asli atau bajakan. Persewaan VCD/DVD adalah tempat favorit bagi mereka yang memiliki hobi menonton film.

Pada masa kini, keberadaan persewaan VCD/DVD sudah sangat jarang, jika bukannya tidak ada sama sekali, karena konsumen dapat menonton film melalui layanan streaming berbayar atau ilegal.

4. Toko Kaset 

Sebelum era Spotify atau Youtube, masyarakat mendengarkan lagu melalui kaset yang diputar menggunakan alat pemutar kaset seperti walkman atau tape player. Satu kaset biasanya memuat sekitar belasan hingga dua puluhan lagu dimana penggunanya harus membalik sisi dari sisi A ke sisi B atau sebaliknya untuk dapat mendengarkan seluruh lagu.

Pada dekade 1990an-2000an, toko kaset mudah ditemui di pusat-pusat perdagangan. Bagi penggemar musik, toko kaset adalah salah satu tempat yang didatangi untuk membeli kaset keluaran terbaru.

Kini toko kaset tidak mudah dijumpai keberadaannya karena masyarakat konsumen mendengarkan lagu melalui berbagai saluran digital. Bagi sebagian orang, kaset kini dianggap sebagai benda antik.