Gejolak Ekonomi Akibat Corona Ingatkan (Lagi) Pentingnya Dana Darurat

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Bayangkan situasi lima atau enam bulan lalu pada 2019. Pada saat itu, setelah Pemilu 2019 selesai, tidak ada tanda-tanda sedikitpun tentang munculnya wabah virus yang mematikan.

Setelah muncul di sejumlah negara pada Januari dan Februari 2020, kasus corona pertama di Indonesia diumumkan pada Maret 2020. Dari situ, banyak hal yang berubah di negeri ini.

Ribuan orang yang positif corona dirawat. Hampir 500 orang meninggal. Pemerintah menyerukan beraktivitas (bekerja, belajar, beribadah dan sebagainya) di rumah untuk memutus penyebaran virus mematikan ini. 

Situasi itu membuat ekonomi bergejolak. Perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,3% pada 2020 dipangkas menjadi minus 0,4% atau kalaupun tumbuh hanya 2,3%. Semua komponen: konsumsi, investasi, ekspor, impor, belanja pemerintah diperkirakan turun.

Akibat gejolak ekonomi tersebut, salah satu dampak yang mulai terasa bagi pekerja formal adalah keputusan perusahaan memberhentikan atau merumahkan pekerja. Pemerintah menyatakan lebih dari 1 juta orang diberhentikan dan dirumahkan oleh perusahaan.

Begitu juga dengan pekerja informal. Gejolak ekonomi kini menghantam usaha mereka. Tidak sedikit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tutup sementara akibat efek wabah corona ini.

Pentingnya Dana Darurat

Ketika diberhentikan, dirumahkan atau usahanya tutup, pekerja akan kehilangan sumber pendapatan utamanya. Tidak semua orang memiliki sumber pendapatan kedua selain gaji atau penghasilan dari usaha.

Di saat yang bersamaan, pekerja masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti membeli makanan, membayar sewa atau cicilan tempat tinggal, membayar tagihan listrik, air, pulsa dan sebagainya.

Dari mana uang untuk memenuhi kebutuhan tersebut ketika pekerja tidak lagi memiliki penghasilan karena kondisi kahar? Jawabannya adalah dana darurat.

Pada dasarnya, ada banyak definisi dana darurat. Secara umum, dana darurat dimaknai sebagai dana yang telah disiapkan sejak lama untuk mengantisipasi peristiwa yang tidak diharapkan seperti bencana alam, jatuh sakit, krisis ekonomi, kehilangan pekerjaan, kecelakaan dan sebagainya.

Dana darurat dapat berfungsi sebagai penyangga (financial buffer) untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengandalkan pinjaman dari pihak lain. Dana darurat ibarat payung yang disiapkan untuk mengantisipasi hujan.

Jumlah dana darurat yang dikumpulkan itu bervariasi tergantung dari kondisi setiap orang yang tentu saja berbeda-beda. Ada pakar yang menyarankan 3-6 kali pengeluaran bulanan, ada pula yang menyarankan 6-12 bulan gaji.

Besaran dana darurat itu berbeda bagi pekerja yang masih hidup sendiri, yang telah berkeluarga (memiliki pasangan dan anak) dan yang memiliki tanggungan untuk menghidupi orang lain (orangtua, adik/kakak, anak yatim/piatu). 

Pada prinsipnya, dana darurat itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebelum pekerja tersebut kembali bekerja atau kembali mendapatkan penghasilan. Pada saat krisis, pekerjaan baru tidak mudah diperoleh dengan cepat. Berikut ini sejumlah tips yang dapat diterapkan dalam mengumpulkan dana darurat. 

1. Tentukan Target

Setelah memiliki niat mengumpulkan dana darurat, pekerja bisa menentukan dari awal seberapa besar dana darurat yang hendak dikumpulkan. Besaran dana darurat itu tergantung dari kondisi masing-masing pekerja. Misalnya, pengeluaran seorang pekerja setiap bulan mencapai Rp4 juta.

Dengan jumlah tersebut, apabila menggunakan rumus dana darurat sebesar 6 kali pengeluaran bulanan maka pekerja itu bisa menargetkan jumlah uang terkumpul sebesar Rp24 juta. Target yang ditetapkan harus realistis dan dapat dicapai.

2. Tetapkan Target Bulanan

Setelah menentukan target dana darurat, pekerja bisa menetapkan target berapa besar dana yang disisihkan (bukan disisakan) dari pendapatan bulanan untuk dana darurat tersebut. Misalnya, pekerja memiliki gaji Rp6 juta per bulan. Dari gaji tersebut, pekerja berkomitmen untuk menyisihkan Rp1.000.000 per bulan untuk dana darurat.

Dengan demikian, pekerja bisa mengumpulkan dana darurat itu dalam waktu 24 bulan atau 2 tahun. Sebagian pengalaman menunjukkan pengumpulan dana darurat bisa dipercepat dengan menyisihkan pendapatan yang diperoleh dari Tunjangan Hari Raya (THR) dan juga bonus tahunan.

Menyisihkan penghasilan setiap bulan (biasanya setelah gajian) untuk dana darurat menunjukkan pekerja tersebut mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi situasi yang tidak diharapkan.

3. Tempatkan di Rekening Terpisah

Dana darurat itu dapat disimpan di "tempat" yang mudah dicairkan seperti tabungan. Ada baiknya dana darurat itu disimpan di rekening bank yang berbeda dari rekening gaji supaya dananya tidak dapat digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan yang tidak mendesak.

Dana darurat tidak dianjurkan untuk ditempatkan di instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham atau instrumen yang dananya tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu seperti obligasi. Pada saat ekonomi bergejolak seperti pada akhir kuartal I/2020 dan awal kuartal II/2020, harga saham turun drastis.

4. Buat Garis Pemisah

Apabila ingin mengumpulkan dana darurat, pekerja harus membuat garis pemisah yang tegas antara dana darurat dan dana tidak darurat. Dana darurat hanya bisa dipakai untuk keperluan darurat yang definisinya telah ditetapkan oleh pemilik dana.

Misalnya, seorang pekerja menetapkan definisi darurat adalah tidak memiliki pekerjaan karena dirumahkan atau di-PHK. Dengan demikian, dana darurat yang dikumpulkan hanya bisa dipakai ketika dia mengalami kondisi itu.

Di luar kondisi itu, pekerja dapat menggunakan uang yang memang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dana darurat bukan dana yang dikumpulkan untuk berlibur atau membeli smartphone baru.

5. Evaluasi

Saat mengumpulkan dana darurat, pekerja perlu mengevaluasi perkembangan dana daruratnya tersebut secara berkala, misalnya, setiap 6 atau 12 bulan sekali. Apabila dirasa jumlah uang yang disisihkan setiap bulan bisa ditambah maka pekerja tidak perlu ragu menambah jumlah tabungannya untuk dana darurat.

Pengalaman

Tidak ada yang mengharapkan musibah terjadi. Begitupula dengan menyebarnya wabah corona saat ini. Suka atau tidak, kita harus menghadapi situasi saat ini dengan segala suka dan dukanya.

Gejolak ekonomi yang ditimbulkan akibat wabah corona ini mengingatkan bahwa dana darurat begitu penting. Situasi darurat seringkali berada di luar kendali kita. Apakah pengumpulan dana darurat di luar kendali kita juga? Kita bisa menyimpulkannya sendiri.

 

Mulai 20 April 2020, Big Alpha akan menyelenggarakan berbagai seri Webinar. Klik di sini untuk informasi lebih lanjut.