Menyiapkan Dana Pernikahan Saat Pandemi

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Sejarah membuktikan bahwa pandemi corona yang terjadi mulai kuartal 1/2020 tidak menghalangi manusia yang hendak menikah. Dengan situasi dan nuansa yang berbeda, pernikahan tetap digelar selama pandemi.

Acara pernikahan yang dilangsungkan selama pandemi memiliki sejumlah perbedaan dibandingkan dengan acara pernikahan yang digelar sebelum pandemi. Perbedaan itu berdampak terhadap berbagai aspek, termasuk anggaran pernikahan.

Sebagian orang merasa sedih karena tidak bisa menggelar acara pernikahan (seperti resepsi) yang dapat dihadiri banyak orang karena kerumunan orang berpotensi menularkan virus corona. Sebagian orang lain justru gembira karena bisa menghemat pengeluaran saat menggelar acara pernikahan dengan skala lebih kecil.

Ada sejumlah jenis pengeluaran baru yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan pernikahan pada masa pandemi. Berbagai jenis pengeluaran ini perlu dipertimbangkan oleh para pasangan yang sedang menyiapkan dana pernikahan selama pandemi.

Tentu saja, berbagai jenis pengeluaran baru ini tidak penting bagi sebagian orang dan bisa diabaikan apabila tidak dianggap perlu dalam menyelenggarakan pernikahan. Apa saja perbedaan mendasar antara acara pernikahan sebelum pandemi dan saat pandemi yang berdampak terhadap anggaran? 

Berikut ini sejumlah perbedaannya

1. Ada Biaya Kesehatan: Rapid Test, Masker, Cairan Pembersih Tangan

Rapid test adalah tes kesehatan yang kini banyak sekali digunakan oleh masyarakat untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus corona di dalam tubuh. Rapid test yang populer antara lain tes antibodi dan antigen, selain tes swab yang lebih akurat.

Pada masa pra-pandemi, orang-orang yang ada di lokasi pernikahan seperti mempelai, keluarga mempelai, tamu dan panitia acara tidak perlu melakukan rapid test. Pada masa pandemi, sebagian dari mereka perlu melakukan rapid test untuk mengantisipasi penularan virus corona. Hal ini telah dilakukan sejumlah orang yang melangsungkan pernikahan saat pandemi.

Dalam suatu acara pernikahan di Blitar, Jawa Timur, seperti dilaporkan Radar Tulungagung, mempelai dan keluarga mempelai diharuskan melalukan rapid test.  Dalam acara pernikahan lainnya, misalnya acara selebritis Tara Basro, para tamu bahkan diharuskan melakukan rapid test.

Apa artinya? Artinya adalah penyelenggara acara pernikahan perlu memikirkan mengenai biaya rapid test ini jika hendak mendeteksi ada atau tidaknya virus di tubuh mempelai, keluarga mempelai, panitia atau bahkan tamu sebagai bagian dari mengantisipasi penularan virus corona.

Semakin banyak orang yang dites maka semakin besar pula biayanya. Jika mempelai atau keluarga mempelai melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan transportasi umum (pesawat, bus, kereta api), rapid test juga diharuskan oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan sendiri telah menetapkan harga maksimal rapid test jenis antigen sebesar Rp250.000. 

Seperti diberitakan media massa, sejumlah kasus "klaster pernikahan" muncul karena kurang ketatnya protokol kesehatan. Kasus itu bahkan ada yang mengakibatkan satu keluarga meninggal. Tentu saja tidak ada yang berharap pernikahan malah mengakibatkan kedukaan bukannya kebahagiaan.

Selain rapid test, biaya kesehatan lain yang perlu disiapkan adalah masker medis, cairan pembersih tangan (hand sanitizer), sarung tangan, penutup muka (face shield) dan sebagainya.

2. Siaran Langsung 

Sejumlah penyelenggaraan pernikahan memilih untuk disiarkan secara langsung (live streaming) melalui sejumlah platform seperti Instagram Live, Facebook Live, YouTube Live, Google Meet, Zoom dan sebagainya.

Hal itu dilakukan karena acara pernikahan tidak dapat dihadiri oleh banyak orang pada masa pandemi. Dengan demikian, bagi kerabat yang ingin menyaksikan acara pernikahan tersebut secara daring maka penyelenggara acara dapat menyiarkan secara langsung acara tersebut melalui berbagai platform.

Untuk mendapatkan siaran langsung yang berkualitas baik dan jernih diperlukan perangkat kamera yang memadai serta operator kamera tersebut. Dengan kata lain, penyelenggara acara pernikahan perlu menyiapkan anggaran untuk menyewa kamera sekaligus operator kamera tersebut.

3. Jumlah Tamu: Biaya Makanan dan Cinderamata

Jumlah tamu atau hadirin yang menghadiri acara pernikahan pada masa pandemi jauh berkurang. Sejumlah pemerintah daerah mengatur jumlah tamu di suatu acara pernikahan paling banyak 30 orang. Jumlah ini tentunya lebih rendah daripada jumlah tamu acara pernikahan pada masa pra-pandemi yang bisa mencapai ratusan orang.

Sedikitnya jumlah tamu ini berimplikasi terhadap biaya makanan atau katering. Sebagai contoh, biaya makanan di hotel biasanya dihitung per tamu yang hadir. Tamu yang sedikit berarti biaya yang lebih sedikit. 

Selain biaya makanan, biaya lain yang terdampak adalah biaya cinderamata (souvenir). Jumlah cinderamata yang dipesan oleh penyelenggara acara pernikahan biasanya disesuaikan dengan jumlah tamu yang hadir. Semakin banyak tamu maka semakin besar pula biaya cinderamata ini, begitupula sebaliknya. Dengan demikian, jumlah tamu akan berdampak terhadap jumlah cinderamata yang dipesan.

4. Sewa Ruangan/Tempat

Dengan asumsi jumlah tamu yang menghadiri acara pernikahan pada masa pandemi hanya sekitar 30 orang sesuai ketentuan sejumlah pemerintah daerah, ruangan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan acara pernikahan bisa lebih kecil dibandingkan dengan acara yang dihadiri ratusan orang.

Ruangan yang dimaksud antara lain ruangan di gedung serba guna, hotel atau bahkan rumah. Sejumlah hotel memiliki kebijakan membagi satu ballroom menjadi beberapa ruangan untuk acara pernikahan karena tamu yang relatif sedikit. Dengan demikian, harga sewa ruangan tersebut menjadi lebih rendah.

Demikian sejumlah perbedaan berbagai perkiraan jenis biaya pernikahan pada masa pandemi dibandingkan dengan acara pada masa pra-pandemi. Tentu saja, berbagai perbedaan ini juga dimaknai secara berbeda oleh para penyelenggara pernikahan sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing.