Panduan Sederhana Analisa Top Down Dalam Investasi Saham

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Pada umumnya, ada dua pendekatan dalam analisa fundamental sebuah saham yaitu pendekatan top down (dari atas ke bawah) dan pendekatan bottom up (dari bawah ke atas). Kedua pendekatan ini memiliki sejumlah perbedaan secara prinsip.

Pada dasarnya, analisa saham dengan pendekatan top down adalah suatu usaha untuk mengkaji bagaimana dampak dari kondisi ekonomi makro terhadap saham. Sementara itu, analisa saham dengan pendekatan bottom up adalah usaha untuk mengkaji suatu saham berdasarkan kondisi perusahaan tersebut.

Dengan kata lain, pendekatan top down berangkat dari kondisi ekonomi makro, sedangkan pendekatan bottom up berangkat dari kondisi perusahaan. Kedua pendekatan ini memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Tulisan ini akan mengulas panduan sederhana dan umum mengenai pendekatan top down. Ulasan mengenai pendekatan bottom up akan dilakukan di artikel terpisah.

1. Analisa Makro

Dalam analisa dengan pendekatan top down, analisa kondisi makro adalah langkah pertama yang perlu dilakukan. Seperti yang sudah disebut di atas, titik berangkat analisa adalah perbedaan top down dan bottom up.

Analisa makro dapat dilakukan dengan mencermati kondisi ekonomi global atau ekonomi domestik. Contoh sederhananya adalah mengamati kondisi ekonomi negara yang memiliki hubungan dagang dengan Indonesia.

Salah satu contoh negara tersebut adalah China, salah satu negara besar, yang merupakan mitra dagang penting dengan Indonesia. China adalah negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia pada saat ini.

Dengan kata lain, kondisi ekonomi China secara langsung dan tidak langsung akan berdampak terhadap permintaan produk dan jasa dari Indonesia. Pada saat ekonomi sedang tumbuh kuat (economic boom), China akan mengimpor komoditas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Impor tersebut bukan berarti China tidak memiliki sumber daya tersebut atau tidak mampu memproduksinya melainkan kapasitasnya terbatas. Oleh karena itu, China membutuhkan negara lain, termasuk Indonesia, untuk menggerakan ekonominya.

Salah satu indikator umum yang dapat dicermati dalam analisa makro ini adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Bagi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia, pertumbuhan PDB China sangat berarti bagi negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengannya.

2. Analisa Sektor

Langkah kedua setelah melakukan analisa makro adalah analisa sektor. Pertanyaan sederhana yang dapat diajukan ketika melakukan analisa sektor adalah sektor apa yang akan diuntungkan dari kondisi makro tersebut? Dalam kasus China, sektor apa yang akan diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi China?

Salah satu komoditas yang diekspor Indonesia ke China adalah batu bara. China dikenal sebagai salah satu pengguna batu bara tertinggi di dunia. Batu bara tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti pembangkit listrik. 

Industri manufaktur yang menjadi salah satu kekuatan ekonomi di negara tersebut sangat membutuhkan listrik untuk kegiatan operasionalnya. Seperti yang pernah terjadi sekitar 2008-2012, China mengimpor banyak batu bara untuk mendukung kegiatan industrinya.

Kondisi tersebut turut berpengaruh terhadap permintaan batubara dari para produsen batubara di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di tengah terbatasnya pasokan batubara pada saat itu, harga batubara meningkat tajam di tengah peningkatan permintaan batu bara.

Dalam kondisi itu, industri batubara diuntungkan oleh peningkatan permintaan dari China pada saat itu. Masa-masa itu dikenal dengan commodities boom dimana industri komoditas mengalami masa keemasannya.

3. Analisa Emiten

Setelah analisa sektor, langkah berikutnya yang dilakukan adalah memilih saham yang menarik dari suatu sektor. Dalam kasus batubara, analisa ini dilakukan dengan memilah saham yang diuntungkan dari peningkatan permintaan batubara dari China.

Sebagai contoh, analisa itu dapat dilakukan dengan membandingkan emiten-emiten batubara yang memiliki porsi pendapatan yang lebih besar dari penjualan ekspor ketimbang penjualan dalam negeri. Emiten-emiten tersebut berpotensi diuntungkan dari kondisi yang terjadi di China.

Sebagai pengingat, tidak sedikit saham-saham batubara yang mengalami peningkatan harga dalam kurun 2008-2012. Bukan hanya saham perusahaan yang memiliki lahan tambang, tapi juga perusahaan pendukung (kontraktor tambang, misalnya) juga turut diuntungkan peningkatan permintaan batubara dari China pada periode tersebut.