Saat Terbaik untuk Membeli Saham

Date:

Setelah Sell In May and Go Away, kali ini kami akan menjelaskan salah satu satu bentuk seasonality dalam bursa lainnya. Tidak ada nama resmi untuk fenomena ini, tapi sentimen ini sering disebut dengan Window Dressing.

Window Dressing adalah proses di mana perusahaan-perusahaan membuat laporan keuangan mereka tampak lebih baik dengan memanipulasi pencatatan keuangan mereka. Tujuannya agar ‘mempercantik’ isi dari laporan keuangan mereka demi bisa mencapai target yang sudah ditetapkan di awal tahun.

Meskipun terkesan negatif, Window Dressing dilakukan tetap dengan mengikuti kaidah-kaidah akuntansi atau standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Contoh Window Dressing secara akuntansi: menunda pembayaran kepada supplier agar posisi uang tunai perusahaan terlihat lebih besar pada saat tutup buku akhir tahun dilakukan.

Di pasar modal, makna Window Dressing bisa sedikit bergeser dari penjelasan di atas

Para Manajer Investasi melakukan Window Dressing agar membuat portfolio mereka terlihat positif di akhir tahun. Tujuannya adalah demi menampilkan dana kelolaan mereka untuk tampil lebih baik di mata klien dan investor.

Bayangkan anda seorang manajer investasi sebuah perusahaan reksadana atau dana pensiun yang mengelola dana ratusan miliar rupiah atau mungkin triliunan rupiah. Performa dana yang anda kelola tentu akan menjadi patokan penentuan bonus akhir tahun yang akan anda terima.

People want to get huge bonuses, right?

Menjelang akhir tahun, para manajer investasi ini akan merombak komposisi portfolio dana kelolaan mereka, di mana mereka akan menjual saham-saham yang sedang dalam kondisi merugi, dan menggantinya dengan saham-saham lain yang berpotensi naik dalam waktu dekat atau mungkin yang akan membagikan dividen sebagai insentif.

Momentum Window Dressing akan menyebabkan frekuensi perdagangan yang akan lebih ramai daripada biasanya. Dan para manajer investasi akan kembali melakukan transaksi untuk menata ulang portfolio dalam dekapan mereka.

Lalu apa dampaknya kepada saya investor saham individual?

Untuk investor retail, pergerakan para manajer investasi dengan dana kelolaan yang besar ini pasti akan menggerakkan pasar. Dan pergerakan pasar akibat window dressing adalah siklus yang berulang setiap akhir tahun. Kita bisa menunggangi tren tersebut dengan membidik saham-saham yang memberikan potential return secara jangka pendek.

Karena pergerakan kita sebagai investor retail tentu tidak akan berpengaruh banyak terhadap harga suatu saham. Lain ceritanya dengan manajer-manajer investasi di luar sana, yang memiliki dana kelolaan ratusan miliar rupiah, yang hanya bisa membeli saham secara perlahan agar harganya tidak melonjak secara drastis.

Oleh karena itu, kebebasan kita sebagai investor individual yang tidak berada dalam tekanan untuk melakukan window dressing, harus dimanfaatkan. Kita bisa memanfaatkan momentum ini untuk mulai membeli saham yang kira-kira akan menawarkan imbal hasil yang baik dalam jangka pendek. Awal kuartal dua juga biasanya menjadi waktu bagi emiten-emiten di bursa untuk mengumumkan kebijakan pembagian dividen mereka.

Insentif dividen ini tentu akan mengerek harga saham di pasar menjelang tanggal pembagiannya.

Inilah sebabnya banyak analisa yang menyebutkan waktu terbaik untuk mulai kembali membeli saham adalah antara bulan November dan April. Karena pada bulan-bulan tersebut, para market maker mulai mengakumulasi saham-saham bagus demi mengisi portfolio mereka.

Jadi, apakah kamu sudah mengambil posisi?