Saham Gocap Bangkit, Perhatikan 3 Hal Ini Jika Ingin Beli

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Sejumlah saham yang beberapa saat "tertidur" di level Rp50 mulai bergerak pada penghujung tahun 2020. Saham-saham tersebut menggeliat seiring reli IHSG pada November 2020.

Dari grafik berikut ini tampak saham gocap lebih banyak "tertidur" dalam periode April-Oktober 2020 dan hanya sesekali bergerak:

Sebagian dari saham itu mulai tertidur di level Rp50 pada kuartal I/2020 seiring penurunan drastis IHSG karena kepanikan investor seluruh dunia terhadap pandemi corona.

Rp50 adalah batas paling bawah harga saham di Bursa Efek Indonesia. Harga sebuah saham bisa jatuh hingga level Rp50 karena sejumlah faktor mulai dari masalah keuangan hingga tata kelola perusahaan.

Sebagian pelaku pasar menganggap Rp50 adalah "hukuman" dari pasar terhadap saham-saham tersebut. Oleh karena itu, jika sedang mempertimbangkan membeli aneka saham tersebut saat ini, tidak ada salahnya mempertimbangkan sejumlah hal berikut:

1. Jangka Waktu

Pada umumnya, kendati tidak selalu, pergerakan suatu saham yang sebelumnya bersandar di level Rp50 hanya terjadi dalam jangka pendek (atau menengah), tidak dalam jangka panjang. Dengan kata lain, setelah meninggalkan level Rp50, saham tersebut memiliki kemungkinan kembali lagi ke level Rp50. 

Tidak banyak saham di BEI yang bisa meninggalkan level Rp50 lalu tidak kembali lagi. Saham yang dulu sangat fenomenal, BUMI, pernah tertidur di level Rp50 pada 2015 dan bergerak ke level Rp100-Rp300 pada 2016-2019. Namun, setelah itu, saham BUMI kembali bersandar di level Rp50 pada awal 2020. 

Nasib yang berbeda dialami saham DNET. Belasan tahun lalu, saham ini pernah tertidur di level Rp50. Seiring perkembangan perusahaan, harga saham DNET terus naik hingga kini di level Rp3.000an.

Dengan demikian, sebelum membeli saham yang pernah masuk "Klub Gocap", investor perlu mempertimbangkan mengenai jangka waktu. 

2. Prospek

Tidak ada salahnya mempertimbangkan prospek beserta aspek fundamental perusahaan dari saham yang pernah masuk "Klub Gocap" itu. Apabila perusahaan tersebut ternyata memiliki prospek yang baik di masa mendatang, tidak ada salahnya mengkoleksi saham tersebut.

Bukan tidak mungkin, saham tersebut dapat bangkit dalam jangka panjang seperti yang terjadi pada DNET. Sebaliknya, apabila ternyata perusahaan tersebut tidak memiliki prospek yang baik serta memiliki kondisi fundamental yang mengkhawatirkan maka investor perlu berpikir ulang sebelum membeli saham tersebut.

Apabila fundamental perusahaan itu ternyata tidak baik maka bukan tidak mungkin pergerakan yang terjadi belakangan ini hanya one-time effect seiring reli IHSG belakangan ini.

3. Risiko

Sekilas, saham yang baru saja bangkit dari level Rp50 dapat bergerak "gila-gilaan" dengan kenaikan harga puluhan persen. Namun perlu diingat, potensi keuntungan berbanding lurus dengan risiko. Keuntungan dan risiko adalah dua sisi dari satu koin yang sama.

Dengan demikian, selain dapat terbang tinggi dalam waktu singkat, saham-saham tersebut juga memiliki kemungkinan kembali jatuh dalam waktu yang tidak lama. Banyak contoh saham seperti itu di BEI. Tidak ada salahnya menyadari risiko yang melekat sebelum mengambil keputusan investasi.