Skandal Bre-X: Berebut Kuasa di Tanah Borneo (Bagian Kedua)

Date:

And now the end is near

and so I face the final curtain

my friend I say it clear

…….. 

Ini adalah sekuel dari artikel Skandal Bre-X: Panggung Sandiwara Dunia Pertambangan (Bagian Pertama)

Michael de Guzman menyanyikan lagu My Way yang dipopulerkan Frank Sinatra tersebut di sebuah kedai di Balikpapan, tepat sehari sebelum kematiannya. Hal ini sebagaimana keterangan Rudy Vega, rekannya dalam hasil liputan Bondan Winarno. Rudy pula orang terakhir yang bersama Guzman sebelum jatuh dari helikopter pada Rabu, 19 Maret 1997. 

Saat kejadian naas tersebut, Guzman bersama Vega terbang menggunakan helikopter Alouette III yang dioperasikan perusahaan carter PT Indonesia Air Transport. Mereka sedianya akan menuju base camp Bre-X di Desa Mekar Baru, Busang, Kalimantan Timur dari Balikpapan. Namun, karena satu dan lain hal, Vega memutuskan tidak melanjutkan perjalanan ketika sedang transit di Samarinda.

Helikopter itu melanjutkan perjalanan dengan tiga penumpang: Pilot Letnan Kolonel Edi Tursono di kemudi, Juru Mesin Andrean di sampingnya, dan Guzman di belakang. Setelah terbang selama 17 menit dari Samarinda, Edi dan Andrean merasakan angin dari belakang ketika ketinggian mencapai 800 kaki dan kecepatan 90 knots. Saat keduanya menoleh, Guzman telah tiada di bangku penumpang dan pintu sebelah kanan terbuka.

Edi sempat berputar di ketinggian 200 kaki selama 20 menit untuk mencari Guzman. Lalu, memutuskan kembali ke Samarinda dan mendarat pada pukul 11.05. Guzman diduga jatuh di sekitar Kecamatan Muara Kaman dan Sabintulung, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.  

Barang bukti milik Guzman yang tertinggal di helikopter adalah sebuah tas kulit berwarna hitam dan sebuah koper putih berisi: dua jam tangan, satu gelang emas, dua cincin emas, sebuah telepon genggam, sebuah dompet berisi kartu kredit, kartu pengenal, uang Rp 250.850, uang US$ 55, uang 20 dolar Kanada, dan kumpulan surat untuk beberapa orang.

Jenazah Guzman ditemukan pada Senin, 24 Maret 1997 dalam keadaan yang sudah sulit dikenali. Rambutnya sudah terlepas. Tubuhnya membengkak. Wajahnya sudah hampir tak bisa dikenali, begitulah keterangan dari dr Daniel Umar yang mengotopsi jenazahnya dalam laporan Calgary Herald. Keberhasilan pengenalan dari pakaian, ciri-ciri umum, dan pengakuan beberapa kenalan yang turut mengidentifikasi jenazah Guzman. 

Dari hasil penyelidikan, polisi mengungkapkan ada motif bunuh diri. Mengingat surat wasiat kepada beberapa rekannya yang berisi pesan-pesan terkait kematian Guzman. Begitu pula keterangan Lilis, salah seorang istri Guzman, dan pesan Guzman di surat bahwa dirinya menderita karena penyakit Hepatitis B. Meskipun, hasil uji kesehatan Guzman di Singapura dua hari sebelum kematiannya tak menunjukkan mengidap penyakit tersebut.

Bondan Winarno yang menginvestigasi kematian Guzman sampai ke Filipina dan mengumpulkan beragam keterangan dari Rudy Vega, keluarga, sampai otoritas berwajib, memiliki dua teori lain atas kematian Guzman. 

Pertama, Guzman dibunuh dengan memperhatikan keterangan Rudy Vega bahwa ada orang tak dikenal yang naik ke helikopter setelah dirinya turun. Kedua, sengaja menghilangkan diri. Ini bisa terlihat dari  sikap keluarga yang tertutup pada kasus ini, tak ada karangan bunga dari keluarga di kuburan Guzman, bahkan berusaha menghapus jejak, dan kejanggalan lainnya.    

Felderhof dan Istrinya Inggrid yang pada akhir Maret 1997 berada di Busang, menyebut Freeport sebagai penyebab kematian Guzman. Hal ini berkaitan dengan perjalanan Guzman ke Busang untuk menunjukkan lokasi emas kepada tim Freeport yang gagal menemukannya dalam proses due diligence.

Freeport yang berkewajiban menggelontorkan dana US$ 400 juta untuk membangun tambang Busang, seperti dikatakan direkturnya Jim Bob Moffet, perlu memastikan kebenaran cadangan emas di sana. Namun, setelah menggali banyak lubang yang berdekatan dengan titik-titik tempat Felderhof dan Guzman menemukan potensi emas, tim Freeport tak berhasil menemukan emas dalam jumlah besar seperti klaim dua geolog Bre-X.

Jim Bob Moffet mengutarakan hasil timnya kepada Bob Hasan melalui telepon. Namun, percakapan mereka bocor kepada wartawan Neraca. Informasi ini menjadi berita yang menyebar sampai ke telinga para investor Bre-X. Harga saham perusahaan ini pun goyah.

Di tengah kabar miring itu, David Walsh mengutus Guzman ke Busang untuk menunjukkan secara langsung kepada tim Freeport. Mengingat Guzman adalah manajer lapangan yang selama ini mengawasi langsung penggalian.

Kematian Guzman menambah gejolak pada saham Bre-X. Sejumlah perusahaan pialang saham dan media ramai memberitakan bahwa temuan sumber daya emas puluhan juta ounce di Busang hanyalah hoax belaka. Terdapat pula cerita Felderhof dan Guzman sengaja “meracuni” inti bor yang dikirim di lab.

Indikasi terhadap peracunan inti bor tersebut, terlihat dari partikel emas yang menempel. Lokasi penggalian Bre-X di daerah yang mengandung emas lode atau endapan biji. Semestinya bentuknya bersudut-sudut dan berserabut. Sampel seperti itu pula yang ditemukan oleh Freeport saat proses due diligence.

Namun, pada contoh inti bor yang dikirim Bre-X ke laboratorium justru menunjukkan emas placer berbentuk bulat seperti biasa ditemukan penambang tradisional di sungai-sungai Kalimantan. Sehingga ada dugaan emas bulat tersebut sengaja ditaburkan pada inti bor yang akan dikirim ke laboratorium.

Kecurigaan penaburan diperkuat dengan terbitnya liputan The Wall Street Journal pada 2 Mei 1997. Laporan ini mengungkap sebuah gudang di Loa Duri, Samarinda, tempat Bre-X menyimpan contoh inti bor sebelum dikirim ke laboratorium di Balikpapan.

Penemuan gudang tersebut berkebalikan dengan pernyataan Bre-X selama ini bahwa seluruh inti bor langsung dikirim dari Busang ke Balikpapan. Seluruh pengiriman tersebut berada dalam pengawasan Guzman. Menguatkan pula pada teori-teori kematian Guzman di tengah kemelut.

Pada akhirnya, memang terbukti tak ada kandungan emas signifikan di cebakan Busang. Hal ini berdasarkan hasil verifikasi Strathcona Mineral yang ditunjuk David Walsh sebagai pihak ketiga antara Bre-X dan Freeport. Walsh mengumumkan hasil tersebut pada 4 Mei 1997, sehari lebih cepat dari jadwal Strathcona.

Pengumuman Walsh menjadi end game saham Bre-X dan klaim Felderhof terkait potensi cebakan Busang. Saham Bre-X di Toronto Stock Exchange anjlok hingga sempat menyentuh 6 sen pada perdagangan 6 Mei 1997. Bahkan, pada 13 Mei 1997, Bre-X akhirnya delisting dari Nasdaq.

Korban utama dari skandal ini adalah perusahaan-perusahaan pengelolaan dana pensiun yang berinvestasi ke Bre-X. Dana pensiun sektor publik Quebec rugi 70 juta dolar Kanada, Dewan Rencana Pensiun Guru Ontario rugi 100 juta dolar Kanada, dan Dewan Pensiun Karyawan Kota Ontario kehilangan 45 juta dolar Kanada. Dan, banyak lagi orang-orang yang menjadi miskin karena Bre-X.   

Bagi Indonesia, skandal Bre-X adalah kisah menahun yang tak akan dilupakan yang begitu mudah mencoreng wajah pertambangan hanya berdasarkan akal-akalan belaka. Mungkin memang sedari dulu kita acuh pada pendekatan sains, melakukan verifikasi dan berusaha mengafirmasi semua bentuk pernyataan. Bre-X adalah lonceng yang senantiasa berdentang untuk membangunkan pemerintah dari ketidakpedulian menjaga hasil bumi Nusantara.

________________________________________________

Tulisan ini adalah bagian dari serial #SkandalEkonomi dan akan terbit setiap akhir pekan. 

Semua orang berhak mendapatkan akses informasi keuangan. Kami bertujuan untuk terus menyampaikan informasi tanpa adanya potensi konflik kepentingan. Menganalisa sebuah isu agar mudah dipahami dan mengapa hal tersebut penting. Kontribusi dari kamu memastikan kami untuk tetap independen serta terus memproduksi konten secara inklusif. Jika kamu suka dengan tulisan ini, kamu bisa traktir kami satu gelas kopi yang biasa kamu beli.