Investasi di Sayurbox dan Halodoc, Astra Internatinal (ASII) Tambah Portofolio Startup

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Astra International berinvestasi di perusahaan rintisan Sayurbox dan Halodoc masing-masing senilai US$5 juta (Rp72 miliar) dan US$35 juta (Rp500 miliar) pada Maret dan April 2021.

Manajemen Astra menjelaskan bahwa aksi korporasi itu merupakan bagian dari inisiatif strategis untuk mempercepat transformasi digital. Sayurbox adalah e-commerce grocery farm-to-table platform dan distributor of fresh goods, sedangkan Halodoc merupakan platform kesehatan berbasis online. 

Astra International menjadi investor utama pada putaran pendanaan baru dari kedua perusahaan rintisan asal Indonesia ini. Belum dapat diketahui langkah lanjutan yang akan dilakukan oleh Astra terhadap kedua perusahaan rintisan ini.

Pengumuman investasi Astra di Sayurbox dan Halodoc itu disampaikan seiring pengumuman kinerja keuangan perusahaan pada kuartal I/2021 dimana laba bersih perusahaan turun 22% dibandingkan dengan kuartal I/2020. Penjualan mobil Astra turun 24% dan penjualan sepeda motor turun 17%.

Dari berbagai lini bisnis yang dimiliki oleh Astra, hanya sektor alat berat dan pertambangan serta properti yang tumbuh pada kuartal I/2021 dengan masing-masing pertumbuhan 3% dan 23%. 

Sebelum berinvestasi di Sayurbox dan Halodoc, Astra International pernah menyuntikkan dana kepada perusahaan teknologi lainnya yaitu Gojek dalam dua kali kesempatan pada Maret 2019 senilai US$100 juta dan US$150 juta pada Februari 2018.

Setelah investasi itu, Astra dan Gojek membentuk perusahaan patungan untuk mendorong pengembangan bisnis ride hailing roda empat.
Perusahaan patungan itu menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan operasional kendaraan yang didukung oleh Astra FMS (Fleet Management Solution) dan teknologi Gojek.

Sebagai gambaran, saham ASII tergolong salah satu saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia saat ini, yakni mencapai Rp211,53 triliun. Selain itu, porsi kepemilikan saham investor publiknya juga sangat besar, mencapai 49,89%.

Oleh karena itu, tidak heran jika ASII ini konsisten masuk sebagai anggota dalam indeks-indeks utama yang ada di Bursa Efek Indonesia. Sahamnya pun sangat likuid dan menjadi incaran, tidak saja oleh investor institusi besar lokal dan asing, tetapi juga oleh investor ritel.

Namun, kinerja saham ASII selama ini toh tidak begitu cemerlang. Nasihat investasi bagi investor pemula untuk mencari saham blue chip dan memilikinya dalam jangka panjang, justru dapat menjadi tanda tanya besar ketika saham perusahaan sekelas ASII yang memenuhi banyak kriteria itu justru lesu. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak ulasannya dalam artikel: Di Balik "Pudarnya" Pesona Saham Astra (ASII)

Tags: